AREP NGGOLEKI LIYONE MONGGO TULIS NGISOR IKI .....

Jumat, 26 Februari 2010

KEAJAIBAN AL QUR'AN

KEAJAIBAN AL QUR'AN DAN ILMU PENGETAHUAN

Benar kiranya jika Al Qur’an disebut sebagai mukjizat. Bagaimana tidak, ternyata ayat-ayat Al Qur’an yang diturunkan di abad ke 7 masehi di mana ilmu pengetahuan belum berkembang (saat itu orang mengira bumi itu rata dan matahari mengelilingi bumi), sesuai dengan ilmu pengetahuan modern yang baru-baru ini ditemukan oleh manusia.


Sebagai contoh ayat di bawah:

“Dan apakah orang-orang yang kafir tidak mengetahui bahwasanya langit dan bumi itu keduanya dahulu adalah suatu yang padu, kemudian Kami pisahkan antara keduanya. Dan dari air Kami jadikan segala sesuatu yang hidup. Maka mengapakah mereka tiada juga beriman?” [Al Anbiyaa:30]

Saat itu orang tidak ada yang tahu bahwa langit dan bumi itu awalnya satu. Ternyata ilmu pengetahuan modern seperti teori Big Bang dan teori ilmiyah lainnya menyatakan bahwa alam semesta (bumi dan langit) itu dulunya satu. Kemudian akhirnya pecah menjadi sekarang ini.

Kemudian ternyata benar segala yang bernyawa, termasuk tumbuhan bersel satu pasti mengandung air dan juga membutuhkan air. Keberadaan air adalah satu indikasi adanya kehidupan di suatu planet. Tanpa air, mustahil ada kehidupan. Inilah satu kebenaran ayat Al Qur’an.

Tatkala merujuk kepada matahari dan bulan di dalam Al Qur’an, ditegaskan bahwa masing-masing bergerak dalam orbit atau garis edar tertentu.

“Dan Dialah yang telah menciptakan malam dan siang, matahari dan bulan. Masing-masing dari keduanya itu beredar di dalam garis edarnya.” (Al Qur’an, 21:33)

Disebutkan pula dalam ayat yang lain bahwa matahari tidaklah diam, tetapi bergerak dalam garis edar tertentu:

“Dan matahari berjalan di tempat peredarannya. Demikianlah ketetapan Yang Maha Perkasa lagi Maha Mengetahui.” (Al Qur’an, 36:38)

Langit yang mengembang (Expanding Universe)

Dalam Al Qur’an, yang diturunkan 14 abad silam di saat ilmu astronomi masih terbelakang, mengembangnya alam semesta digambarkan sebagaimana berikut ini:

“Dan langit itu Kami bangun dengan kekuasaan (Kami) dan sesungguhnya Kami benar-benar meluaskannya.” (Al Qur’an, 51:47)

Menurut Al Qur’an langit diluaskan/mengembang. Dan inilah kesimpulan yang dicapai ilmu pengetahuan masa kini.

Menurut Stephen Hawkings dengan teori Big Bang, sejak terjadinya peristiwa Big Bang, alam semesta telah mengembang secara terus-menerus dengan kecepatan maha dahsyat. Teori lain seperti Inflationary juga berpendapat jagad raya terus berkembang. Para ilmuwan menyamakan peristiwa mengembangnya alam semesta dengan permukaan balon yang sedang ditiup.

Hingga awal abad ke-20, satu-satunya pandangan yang umumnya diyakini di dunia ilmu pengetahuan adalah bahwa alam semesta bersifat tetap dan telah ada sejak dahulu kala tanpa permulaan. Namun, penelitian, pengamatan, dan perhitungan yang dilakukan dengan teknologi modern, mengungkapkan bahwa alam semesta sesungguhnya memiliki permulaan, dan ia terus-menerus “mengembang”.

Pada awal abad ke-20, fisikawan Rusia, Alexander Friedmann, dan ahli kosmologi Belgia, George Lemaitre, secara teoritis menghitung dan menemukan bahwa alam semesta senantiasa bergerak dan mengembang.

Fakta ini dibuktikan juga dengan menggunakan data pengamatan pada tahun 1929. Ketika mengamati langit dengan teleskop, Edwin Hubble, seorang astronom Amerika, menemukan bahwa bintang-bintang dan galaksi terus bergerak saling menjauhi.

Gunung yang Bergerak

“Dan kamu lihat gunung-gunung itu, kamu sangka dia tetap di tempatnya, padahal ia berjalan sebagai jalannya awan.” [QS 27:88]

14 abad lampau seluruh manusia menyangka gunung itu diam tidak bergerak. Namun dalam Al Qur’an disebutkan gunung itu bergerak.

Gerakan gunung-gunung ini disebabkan oleh gerakan kerak bumi tempat mereka berada. Kerak bumi ini seperti mengapung di atas lapisan magma yang lebih rapat. Pada awal abad ke-20, untuk pertama kalinya dalam sejarah, seorang ilmuwan Jerman bernama Alfred Wegener mengemukakan bahwa benua-benua pada permukaan bumi menyatu pada masa-masa awal bumi, namun kemudian bergeser ke arah yang berbeda-beda sehingga terpisah ketika mereka bergerak saling menjauhi.

Para ahli geologi memahami kebenaran pernyataan Wegener baru pada tahun 1980, yakni 50 tahun setelah kematiannya. Sebagaimana pernah dikemukakan oleh Wegener dalam sebuah tulisan yang terbit tahun 1915, sekitar 500 juta tahun lalu seluruh tanah daratan yang ada di permukaan bumi awalnya adalah satu kesatuan yang dinamakan Pangaea. Daratan ini terletak di kutub selatan.

Sekitar 180 juta tahun lalu, Pangaea terbelah menjadi dua bagian yang masing-masingnya bergerak ke arah yang berbeda. Salah satu daratan atau benua raksasa ini adalah Gondwana, yang meliputi Afrika, Australia, Antartika dan India. Benua raksasa kedua adalah Laurasia, yang terdiri dari Eropa, Amerika Utara dan Asia, kecuali India. Selama 150 tahun setelah pemisahan ini, Gondwana dan Laurasia terbagi menjadi daratan-daratan yang lebih kecil.

Benua-benua yang terbentuk menyusul terbelahnya Pangaea telah bergerak pada permukaan Bumi secara terus-menerus sejauh beberapa sentimeter per tahun. Peristiwa ini juga menyebabkan perubahan perbandingan luas antara wilayah daratan dan lautan di Bumi.

Pergerakan kerak Bumi ini diketemukan setelah penelitian geologi yang dilakukan di awal abad ke-20. Para ilmuwan menjelaskan peristiwa ini sebagaimana berikut:

Kerak dan bagian terluar dari magma, dengan ketebalan sekitar 100 km, terbagi atas lapisan-lapisan yang disebut lempengan. Terdapat enam lempengan utama, dan beberapa lempengan kecil. Menurut teori yang disebut lempeng tektonik, lempengan-lempengan ini bergerak pada permukaan bumi, membawa benua dan dasar lautan bersamanya. Pergerakan benua telah diukur dan berkecepatan 1 hingga 5 cm per tahun. Lempengan-lempengan tersebut terus-menerus bergerak, dan menghasilkan perubahan pada geografi bumi secara perlahan. Setiap tahun, misalnya, Samudera Atlantic menjadi sedikit lebih lebar. (Carolyn Sheets, Robert Gardner, Samuel F. Howe; General Science, Allyn and Bacon Inc. Newton, Massachusetts, 1985, s. 30)

Ada hal sangat penting yang perlu dikemukakan di sini: dalam ayat tersebut Allah telah menyebut tentang gerakan gunung sebagaimana mengapungnya perjalanan awan. (Kini, Ilmuwan modern juga menggunakan istilah “continental drift” atau “gerakan mengapung dari benua” untuk gerakan ini. (National Geographic Society, Powers of Nature, Washington D.C., 1978, s.12-13)

Tidak dipertanyakan lagi, adalah salah satu kejaiban Al Qur’an bahwa fakta ilmiah ini, yang baru-baru saja ditemukan oleh para ilmuwan, telah dinyatakan dalam Al Qur’an.

“Dan Kami telah meniupkan angin untuk mengawinkan dan Kami turunkan hujan dari langit lalu Kami beri minum kamu dengan air itu dan sekali kali bukanlah kamu yang menyimpannya.” (Al Qur’an, 15:22)

Ramalan Kemenangan Romawi atas Persia

“Alif, Lam, Mim. Telah dikalahkan bangsa Romawi, di negeri yang terdekat dan mereka sesudah dikalahkan itu akan menang, dalam beberapa tahun (lagi). Bagi Allah-lah urusan sebelum dan sesudah (mereka menang).” (Al Qur’an, 30:1-4)

Ayat-ayat ini diturunkan kira-kira pada tahun 620 Masehi, hampir tujuh tahun setelah kekalahan hebat Bizantium Kristen di tangan bangsa Persia, ketika Bizantium kehilangan Yerusalem. Kemudian diriwayatkan dalam ayat ini bahwa Bizantium dalam waktu dekat menang. Padahal, Bizantium waktu itu telah menderita kekalahan sedemikian hebat hingga nampaknya mustahil baginya untuk mempertahankan keberadaannya sekalipun, apalagi merebut kemenangan kembali. Tidak hanya bangsa Persia, tapi juga bangsa Avar, Slavia, dan Lombard menjadi ancaman serius bagi Kekaisaran Bizantium. Bangsa Avar telah datang hingga mencapai dinding batas Konstantinopel. Kaisar Bizantium, Heraklius, telah memerintahkan agar emas dan perak yang ada di dalam gereja dilebur dan dijadikan uang untuk membiayai pasukan perang. Banyak gubernur memberontak melawan Kaisar Heraklius dan dan Kekaisaran tersebut berada pada titik keruntuhan. Mesopotamia, Cilicia, Syria, Palestina, Mesir dan Armenia, yang semula dikuasai oleh Bizantium, diserbu oleh bangsa Persia. (Warren Treadgold, A History of the Byzantine State and Society, Stanford University Press, 1997, s. 287-299.)

Diselamatkannya Jasad Fir’aun

“Maka pada hari ini Kami selamatkan badanmu supaya kamu dapat menjadi pelajaran bagi orang-orang yang datang sesudahmu” [QS 10:92]

Foto Fir'aun Ramses 2Maurice Bucaille dulunya adalah peneliti mumi Fir’aun di Mesir. Pada mumi Ramses II Dia menemukan keganjilan, yaitu kandungan garam yang sangat tinggi pada tubuhnya. Dia baru kemudian menemukan jawabannya di Al-Quran, ternyata Ramses II ini adalah Firaun yang dulu ditenggelamkan oleh Allah swt ketika sedang mengejar Nabi Musa as.

Injil & Taurat hanya menyebutkan bahwa Ramses II tenggelam; tetapi hanya Al-Quran yang kemudian menyatakan bahwa mayatnya diselamatkan oleh Allah swt, sehingga bisa menjadi pelajaran bagi kita semua.

Perhatikan bahwa Nabi Muhammad saw hidup 3000 tahun setelah kejadian tersebut, dan tidak ada cara informasi tersebut (selamatnya mayat Ramses II) dapat ditemukan beliau (karena di Injil & Taurat pun tidak disebut). Makam Fir’aun, Piramid, yang tertimbun tanah baru ditemukan oleh arkeolog Giovanni Battista Belzoni tahun 1817. Namun Al-Quran bisa menyebutkannya karena memang firman Allah swt (bukan buatan Nabi Muhammad saw).

Segala Sesuatu diciptakan Berpasang-pasangan

Al Qur’an yang berulang-ulang menyebut adanya pasangan dalam alam tumbuh-tumbuhan, juga menyebut adanya pasangan dalam rangka yang lebih umum, dan dengan batas-batas yang tidak ditentukan.

“Maha Suci Tuhan yang telah menciptakan pasangan-pasangan semuanya baik dari apa yang ditumbuhkan oleh bumi dan dari diri mereka maupun dari apa-apa yang mereka tidak ketahui.” [Yaa Siin 36:36]

Kita dapat mengadakan hipotesa sebanyak-banyaknya mengenai arti hal-hal yang manusia tidak mengetahui pada zaman Nabi Muhammad. Hal-hal yang manusia tidak mengetahui itu termasuk di dalamnya susunan atau fungsi yang berpasangan baik dalam benda yang paling kecil atau benda yang paling besar, baik dalam benda mati atau dalam benda hidup. Yang penting adalah untuk mengingat pemikiran yang dijelaskan dalam ayat itu secara rambang dan untuk mengetahui bahwa kita tidak menemukan pertentangan dengan Sains masa ini.

Meskipun gagasan tentang “pasangan” umumnya bermakna laki-laki dan perempuan, atau jantan dan betina, ungkapan “maupun dari apa yang tidak mereka ketahui” dalam ayat di atas memiliki cakupan yang lebih luas. Kini, cakupan makna lain dari ayat tersebut telah terungkap. Ilmuwan Inggris, Paul Dirac, yang menyatakan bahwa materi diciptakan secara berpasangan, dianugerahi Hadiah Nobel di bidang fisika pada tahun 1933. Penemuan ini, yang disebut “parité”, menyatakan bahwa materi berpasangan dengan lawan jenisnya: anti-materi. Anti-materi memiliki sifat-sifat yang berlawanan dengan materi. Misalnya, berbeda dengan materi, elektron anti-materi bermuatan positif, dan protonnya bermuatan negatif. Fakta ini dinyatakan dalam sebuah sumber ilmiah sebagaimana berikut:

“…setiap partikel memiliki anti-partikel dengan muatan yang berlawanan … dan hubungan ketidakpastian mengatakan kepada kita bahwa penciptaan berpasangan dan pemusnahan berpasangan terjadi di dalam vakum di setiap saat, di setiap tempat.”

Semua ini menunjukkan bahwa unsur besi tidak terbentuk di Bumi, melainkan dibawa oleh meteor-meteor melalui letupan bintang-bintang di luar angkasa, dan kemudian “dikirim ke bumi”, persis sebagaimana dinyatakan dalam ayat tersebut. Jelas bahwa fakta ini tak mungkin diketahui secara ilmiah pada abad ke-7, di saat Al Qur’an diturunkan.

Tulisan di atas hanyalah sebagian kecil dari keajaiban Al Qur’an yang ada dan ternyata sesuai dengan ilmu pengetahuan modern. Bagi yang ingin tahu lebih banyak silahkan baca buku referensi di bawah.

Jelas Al Qur’an itu benar dan tak ada keraguan di dalamnya.

”Kitab Al Quran ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang bertaqwa” [Al Baqarah:2]

Jika agama lain bisa punya lebih dari 4 versi kitab suci yang berbeda satu dengan lainnya, maka Al Qur’an hanya ada satu dan tak ada pertentangan di dalamnya:

”Maka apakah mereka tidak memperhatikan Al Quran? Kalau kiranya Al Quran itu bukan dari sisi Allah, tentulah mereka mendapat pertentangan yang banyak di dalamnya.” [An Nisaa’:82]

Al Qur’an adalah satu-satunya kitab suci yang bisa dihafal jutaan manusia (Hafidz/penghafal Al Qur’an) sehingga keaslian/kesuciannya selalu terjaga

BUKTI TUHAN ITU ADA

BUKTI TUHAN ITU ADA

Beriman bahwa Tuhan itu ada adalah iman yang paling utama. Jika seseorang sudah tidak percaya bahwa Tuhan itu ada, maka sesungguhnya orang itu dalam kesesatan yang nyata.


Benarkah Tuhan itu ada? Kita tidak pernah melihat Tuhan. Kita juga tidak pernah bercakap-cakap dengan Tuhan. Karena itu, tidak heran jika orang-orang atheist menganggap Tuhan itu tidak ada. Cuma khayalan orang belaka.

Ada kisah zaman dulu tentang orang atheist yang tidak percaya dengan Tuhan. Dia mengajak berdebat seorang alim mengenai ada atau tidak adanya Tuhan. Di antara pertanyaannya adalah: “Benarkah Tuhan itu ada” dan “Jika ada, di manakah Tuhan itu?”

Ketika orang atheist itu menunggu bersama para penduduk di kampung tersebut, orang alim itu belum juga datang. Ketika orang atheist dan para penduduk berpikir bahwa orang alim itu tidak akan datang, barulah muncul orang alim tersebut.

“Maaf jika kalian menunggu lama. Karena hujan turun deras, maka sungai menjadi banjir, sehingga jembatannya hanyut dan saya tak bisa menyeberang. Alhamdulillah tiba-tiba ada sebatang pohon yang tumbang. Kemudian, pohon tersebut terpotong-potong ranting dan dahannya dengan sendirinya, sehingga jadi satu batang yang lurus, hingga akhirnya menjadi perahu. Setelah itu, baru saya bisa menyeberangi sungai dengan perahu tersebut.” Begitu orang alim itu berkata.

Si Atheist dan juga para penduduk kampung tertawa terbahak-bahak. Dia berkata kepada orang banyak, “Orang alim ini sudah gila rupanya. Masak pohon bisa jadi perahu dengan sendirinya. Mana bisa perahu jadi dengan sendirinya tanpa ada yang membuatnya!” Orang banyak pun tertawa riuh.

Setelah tawa agak reda, orang alim pun berkata, “Jika kalian percaya bahwa perahu tak mungkin ada tanpa ada pembuatnya, kenapa kalian percaya bahwa bumi, langit, dan seisinya bisa ada tanpa penciptanya? Mana yang lebih sulit, membuat perahu, atau menciptakan bumi, langit, dan seisinya ini?”

Mendengar perkataan orang alim tersebut, akhirnya mereka sadar bahwa mereka telah terjebak oleh pernyataan mereka sendiri.

“Kalau begitu, jawab pertanyaanku yang kedua,” kata si Atheist. “Jika Tuhan itu ada, mengapa dia tidak kelihatan. Di mana Tuhan itu berada?” Orang atheist itu berpendapat, karena dia tidak pernah melihat Tuhan, maka Tuhan itu tidak ada.

Orang alim itu kemudian menampar pipi si atheist dengan keras, sehingga si atheist merasa kesakitan.

“Kenapa anda memukul saya? Sakit sekali.” Begitu si Atheist mengaduh.

Si Alim bertanya, “Ah mana ada sakit. Saya tidak melihat sakit. Di mana sakitnya?”

“Ini sakitnya di sini,” si Atheist menunjuk-nunjuk pipinya.

“Tidak, saya tidak melihat sakit. Apakah para hadirin melihat sakitnya?” Si Alim bertanya ke orang banyak.

Orang banyak berkata, “Tidak!”

“Nah, meski kita tidak bisa melihat sakit, bukan berarti sakit itu tidak ada. Begitu juga Tuhan. Karena kita tidak bisa melihat Tuhan, bukan berarti Tuhan itu tidak ada. Tuhan ada. Meski kita tidak bisa melihatNya, tapi kita bisa merasakan ciptaannya.” Demikian si Alim berkata.

Sederhana memang pembuktian orang alim tersebut. Tapi pernyataan bahwa Tuhan itu tidak ada hanya karena panca indera manusia tidak bisa mengetahui keberadaan Tuhan adalah pernyataan yang keliru.

Berapa banyak benda yang tidak bisa dilihat atau didengar manusia, tapi pada kenyataannya benda itu ada?

Betapa banyak benda langit yang jaraknya milyaran, bahkan mungkin trilyunan cahaya yang tidak pernah dilihat manusia, tapi benda itu sebenarnya ada?

Berapa banyak zakat berukuran molekul, bahkan nukleus (rambut dibelah 1 juta), sehingga manusia tak bisa melihatnya, ternyata benda itu ada? (manusia baru bisa melihatnya jika meletakan benda tersebut ke bawah mikroskop yang amat kuat).

Berapa banyak gelombang (entah radio, elektromagnetik. Listrik, dan lain-lain) yang tak bisa dilihat, tapi ternyata hal itu ada.

Benda itu ada, tapi panca indera manusia lah yang terbatas, sehingga tidak mengetahui keberadaannya.

Kemampuan manusia untuk melihat warna hanya terbatas pada beberapa frekuensi tertentu, demikian pula suara. Terkadang sinar yang amat menyilaukan bukan saja tak dapat dilihat, tapi dapat membutakan manusia. Demikian pula suara dengan frekuensi dan kekerasan tertentu selain ada yang tak bisa didengar juga ada yang mampu menghancurkan pendengaran manusia. Jika untuk mengetahui keberadaan ciptaan Allah saja manusia sudah mengalami kesulitan, apalagi untuk mengetahui keberadaan Sang Maha Pencipta!

Memang sulit membuktikan bahwa Tuhan itu ada. Tapi jika kita melihat pesawat terbang, mobil, TV, dan lain-lain, sangat tidak masuk akal jika kita berkata semua itu terjadi dengan sendirinya. Pasti ada pembuatnya.

Jika benda-benda yang sederhana seperti korek api saja ada pembuatnya, apalagi dunia yang jauh lebih kompleks.

Bumi yang sekarang didiami oleh sekitar 8 milyar manusia, keliling lingkarannya sekitar 40 ribu kilometer panjangnya. Matahari, keliling lingkarannya sekitar 4,3 juta kilometer panjangnya. Matahari, dan 9 planetnya yang tergabung dalam Sistem Tata Surya, tergabung dalam galaksi Bima Sakti yang panjangnya sekitar 100 ribu tahun cahaya (kecepatan cahaya=300 ribu kilometer/detik!) bersama sekitar 100 milyar bintang lainnya. Galaksi Bima Sakti, hanyalah 1 galaksi di antara ribuan galaksi lainnya yang tergabung dalam 1 “Cluster”. Cluster ini bersama ribuan Cluster lainnya membentuk 1 Super Cluster. Sementara ribuan Super Cluster ini akhirnya membentuk “Jagad Raya” (Universe) yang bentangannya sejauh 30 Milyar Tahun Cahaya! Harap diingat, angka 30 Milyar Tahun Cahaya baru angka estimasi saat ini, karena jarak pandang teleskop tercanggih baru sampai 15 Milyar Tahun Cahaya.

Bayangkan, jika jarak bumi dengan matahari yang 150 juta kilometer ditempuh oleh cahaya hanya dalam 8 menit, maka seluruh Jagad Raya baru bisa ditempuh selama 30 milyar tahun cahaya. Itulah kebesaran ciptaan Allah! Jika kita yakin akan kebesaran ciptaan Tuhan, maka hendaknya kita lebih meyakini lagi kebesaran penciptanya.

Dalam Al Qur’an, Allah menjelaskan bahwa Dialah yang menciptakan langit, bintang, matahari, bulan, dan lain-lain:

“Maha Suci Allah yang menjadikan di langit gugusan-gugusan bintang dan Dia menjadikan juga padanya matahari dan bulan yang bercahaya.” [Al Furqoon:61]

Ada jutaan orang yang mengatur lalu lintas jalan raya, laut, dan udara. Mercusuar sebagai penunjuk arah di bangun, demikian pula lampu merah dan radar. Menara kontrol bandara mengatur lalu lintas laut dan udara. Sementara tiap kendaraan ada pengemudinya. Bahkan untuk pesawat terbang ada Pilot dan Co-pilot, sementara di kapal laut ada Kapten, juru mudi, dan lain-lain. Toh, ribuan kecelakaan selalu terjadi di darat, laut, dan udara. Meski ada yang mengatur, tetap terjadi kecelakaan lalu lintas.

Sebaliknya, bumi, matahari, bulan, bintang, dan lain-lain selalu beredar selama milyaran tahun lebih (umur bumi diperkirakan sekitar 4,5 milyar tahun) tanpa ada tabrakan. Selama milyaran tahun, tidak pernah bumi menabrak bulan, atau bulan menabrak matahari. Padahal tidak ada rambu-rambu jalan, polisi, atau pun pilot yang mengendarai. Tanpa ada Tuhan yang Maha Mengatur, tidak mungkin semua itu terjadi. Semua itu terjadi karena adanya Tuhan yang Maha Pengatur. Allah yang telah menetapkan tempat-tempat perjalanan (orbit) bagi masing-masing benda tersebut. Jika kita sungguh-sungguh memikirkan hal ini, tentu kita yakin bahwa Tuhan itu ada.

“Dia-lah yang menjadikan matahari bersinar dan bulan bercahaya dan ditetapkan-Nya manzilah-manzilah (tempat-tempat) bagi perjalanan bulan itu, supaya kamu mengetahui bilangan tahun dan perhitungan (waktu). Allah tidak menciptakan yang demikian itu melainkan dengan hak. Dia menjelaskan tanda-tanda (kebesaran-Nya) kepada orang-orang yang mengetahui.” [Yunus:5]

“Tidaklah mungkin bagi matahari mendapatkan bulan dan malampun tidak dapat mendahului siang. Dan masing-masing beredar pada garis edarnya.” [Yaa Siin:40]

Sungguhnya orang-orang yang memikirkan alam, insya Allah akan yakin bahwa Tuhan itu ada:

“Allah-lah Yang meninggikan langit tanpa tiang (sebagaimana) yang kamu lihat, kemudian Dia bersemayam di atas `Arsy, dan menundukkan matahari dan bulan. Masing-masing beredar hingga waktu yang ditentukan. Allah mengatur urusan (makhluk-Nya), menjelaskan tanda-tanda (kebesaran-Nya), supaya kamu meyakini pertemuan (mu) dengan Tuhanmu.” [Ar Ra’d:2]

“(yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadaan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): “Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia. Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka.” [Ali Imron:191]

Terhadap manusia-manusia yang sombong dan tidak mengakui adanya Tuhan, Allah menanyakan kepada mereka tentang makhluk ciptaannya. Manusiakah yang menciptakan, atau Tuhan yang Maha Pencipta:

“Maka terangkanlah kepadaku tentang nutfah yang kamu pancarkan. Kamukah yang menciptakannya, atau Kamikah yang menciptakannya?” [Al Waaqi’ah:58-59]

“Maka terangkanlah kepadaku tentang yang kamu tanam? Kamukah yang menumbuhkannya ataukah Kami yang menumbuhkannya?” [Al Waaqi’ah:63-64]

“Kamukah yang menjadikan kayu itu atau Kamikah yang menjadikannya?” [Al Waaqi’ah:72]

Di ayat lain, bahkan Allah menantang pihak lain untuk menciptakan lalat jika mereka mampu. Manusia mungkin bisa membuat robot dari bahan-bahan yang sudah diciptakan oleh Allah. Tapi untuk menciptakan seekor lalat dari tiada menjadi ada serta makhluk yang bisa bereproduksi (beranak-pinak), tak ada satu pun yang bisa menciptakannya kecuali Allah:

“…Sesungguhnya segala yang kamu seru selain Allah sekali-kali tidak dapat menciptakan seekor lalatpun, walaupun mereka bersatu untuk menciptakannya. Dan jika lalat itu merampas sesuatu dari mereka, tiadalah mereka dapat merebutnya kembali dari lalat itu. Amat lemahlah yang menyembah dan amat lemah (pulalah) yang disembah.” [Al Hajj:73]

Sesungguhnya, masih banyak ayat-ayat Al Qur’an lainnya yang menjelaskan bahwa sesungguhnya, Tuhan itu ada, dan Dia lah yang Maha Pencipta.


TUHAN ITU SATU

Sesungguhnya, Nabi Muhammad SAW diutus Allah dengan misi menyampaikan kalimat Tauhid, yaitu agar manusia menyembah Allah semata dan tidak menyembah sembahan lainnya selain Allah.
Seorang Muslim wajib beriman atau mempercayai bahwa Tuhan itu ada. Sebagaimana TV, Mobil, Kulkas, dan lain-lain yang tidak mungkin terjadi dengan sendirinya tanpa ada pembuatnya, begitu pula langit, bumi, bintang, matahari, manusia, dan lain-lain. Tentu ada yang membuatnya, yaitu Allah!

“Kawannya (yang mu’min) berkata kepadanya sedang dia bercakap-cakap dengannya: “Apakah kamu kafir kepada (Tuhan) yang menciptakan kamu dari tanah, kemudian dari setetes air mani, lalu Dia menjadikan kamu seorang laki-laki yang sempurna?” [Al Kahfi:37]

“Allah menciptakan langit dan bumi dengan hak. Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda kekuasaan Allah bagi orang-orang mu’min.” [Al ‘Ankabuut:44]

Setelah mempercayai keberadaan Tuhan, ummat Islam wajib beriman bahwa Tuhan itu satu.

Sesungguhnya, Nabi Muhammad SAW diutus Allah dengan misi menyampaikan kalimat Tauhid, yaitu agar manusia menyembah Allah semata dan tidak menyembah sembahan lainnya selain Allah:

“Katakanlah: “Sesungguhnya aku ini hanya seorang manusia seperti kamu, yang diwahyukan kepadaku: “Bahwa sesungguhnya Tuhan kamu itu adalah Tuhan Yang Esa”.

Barangsiapa mengharap perjumpaan dengan Tuhannya maka hendaklah ia mengerjakan amal yang saleh dan janganlah ia mempersekutukan seorangpun dalam beribadat kepada Tuhannya”.” [Al Kahfi:110]

Nabi-nabi sebelumnya, seperti Nabi Ibrahim juga mengajarkan tauhid kepada ummatnya, yaitu agar hanya menyembah satu Tuhan, yaitu: Allah, dan tidak mempersekutukan Allah dengan yang lain:

“Sesungguhnya Ibrahim adalah seorang imam yang dapat dijadikan teladan lagi patuh kepada Allah dan hanif. Dan sekali-kali bukanlah dia termasuk orang-orang yang mempersekutukan (Tuhan),” [An Nahl:120]

“Kemudian Kami wahyukan kepadamu (Muhammad): “Ikutilah agama Ibrahim seorang yang hanif.” dan bukanlah dia termasuk orang-orang yang mempersekutukan Tuhan.” [An Nahl:123]

Luqman yang saleh pun dalam Al Qur’an diceritakan menasehati agar anaknya tidak mempersekutukan Allah dengan yang lain:

“Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi pelajaran kepadanya: “Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan (Allah) sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar”.” [Luqman:13]

Seharusnya setiap orang tua mencontoh Luqman untuk menanamkan ajaran Tauhid kepada setiap anaknya.

Dalam Islam, mengesakan Allah adalah rukun yang pertama. Jika seorang masuk Islam, dia harus menyatakan bahwa Tidak ada Tuhan selain Allah dan Muhammad adalah utusannya:

“Hadis Ibnu Umar r.a: Nabi s.a.w telah bersabda: Islam ditegakkan di atas lima perkara yaitu mengesakan Allah, mendirikan sembahyang, mengeluarkan zakat, berpuasa pada bulan Ramadan dan mengerjakan Haji “ [HR Bukhori-Muslim]

Sesungguhnya Allah adalah Tuhan yang Maha Pencipta:

“Sesungguhnya aku menghadapkan diriku kepada Tuhan yang menciptakan langit dan bumi dengan cenderung kepada agama yang benar, dan aku bukanlah termasuk orang-orang yang mempersekutukan Tuhan.” [Al An’aam:79]

“Segala puji bagi Allah Yang telah menciptakan langit dan bumi, dan mengadakan gelap dan terang, namun orang-orang yang kafir mempersekutukan (sesuatu) dengan Tuhan mereka.” [Al An’aam:1]

Jika ada orang yang menyembah Tuhan selain Allah, misalnya berhala-berhala itu adalah perbuatan yang sia-sia, karena berhala itu bukanlah Tuhan yang Maha Pencipta. Justru berhala itulah yang dibuat oleh manusia:

“Apakah mereka mempersekutukan (Allah dengan) berhala-berhala yang tak dapat menciptakan sesuatupun? Sedangkan berhala-berhala itu sendiri buatan orang.” [Al A’raaf:191]

“Katakanlah: “Mengapa kamu menyembah selain daripada Allah, sesuatu yang tidak dapat memberi mudharat kepadamu dan tidak (pula) memberi manfa`at?” Dan Allah-lah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.” [Al Maa-idah:76]

Menyembah Yesus atau Isa sebagai Tuhan adalah dosa yang amat besar. Tuhan adalah Pencipta alam semesta, sedang Yesus atau Isa bukanlah pencipta alam semesta. Yesus atau Isa adalah seorang manusia yang dilahirkan dari rahim ibunya, Siti Maryam:

“Sesungguhnya telah kafirlah orang-orang yang berkata: “Sesungguhnya Allah adalah Al Masih putera Maryam”, padahal Al Masih (sendiri) berkata: “Hai Bani Israil, sembahlah Allah Tuhanku dan Tuhanmu” Sesungguhnya orang yang mempersekutukan (sesuatu dengan) Allah, maka pasti Allah mengharamkan kepadanya surga, dan tempatnya ialah neraka, tidaklah ada bagi orang-orang zalim itu seorang penolongpun.” [Al Maa-idah:72]

Sesungguhnya, kafirlah orang yang mengatakan bahwa Tuhan itu bisa beranak dan dilahirkan layaknya manusia, sehingga ada lebih dari 1 Tuhan seperti Tuhan Bapa dan Tuhan Anak. Bagaimana Allah bisa punya anak, padahal dia tidak punya istri? Adakah (na’udzubillah min dzalik!) mereka mengira bahwa Tuhan berzina dengan Maryam sehingga punya anak di luar nikah? Allah SWT membantah kebohongan itu:

“Dia Pencipta langit dan bumi. Bagaimana Dia mempunyai anak padahal Dia tidak mempunyai isteri. Dia menciptakan segala sesuatu; dan Dia mengetahui segala sesuatu.” [Al An’aam:101]

Dalam surat Al Ikhlas ditegaskan:

“Katakanlah: Allah itu Satu

Allah tempat meminta

Dia tidak beranak dan tidak diperanakan

Dan tak ada satu pun yang setara dengannya” [Al Ikhlas 1-4]

Sesungguhnya syirik atau mempersekutukan Tuhan adalah dosa yang amat besar:

“Dengan ikhlas kepada Allah, tidak mempersekutukan sesuatu dengan Dia. Barangsiapa mempersekutukan sesuatu dengan Allah, maka adalah ia seolah-olah jatuh dari langit lalu disambar oleh burung, atau diterbangkan angin ke tempat yang jauh.” [Al Hajj:31]

“Katakanlah: “Adakan perjalanan di muka bumi dan perhatikanlah bagaimana kesudahan orang-orang yang dahulu. Kebanyakan dari mereka itu adalah orang-orang yang mempersekutukan (Allah)”.” [Ar Ruum:42]

Jelas sekali bukan ayat Al Qur’an di atas bagi orang-orang yang berpikir atau berakal bahwa syirik itu adalah perbuatan sesat dan dosa.

Sesungguhnya syirik atau mempersekutukan Tuhan itu adalah dosa yang tidak

terampuni. Ini adalah perkataan Allah SWT sendiri yang tertulis di dalam kitab suci Al Qur’an:

“Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia mengampuni segala dosa yang selain dari (syirik) itu, bagi siapa yang dikehendaki-Nya. Barangsiapa yang mempersekutukan Allah, maka sungguh ia telah berbuat dosa yang besar.” [An Nisaa’:48]

“Sesungguhnya Allah tidak mengampuni dosa mempersekutukan (sesuatu) dengan Dia, dan Dia mengampuni dosa yang selain dari syirik itu bagi siapa yang dikehendaki-Nya. Barangsiapa yang mempersekutukan (sesuatu) dengan Allah, maka sesungguhnya ia telah tersesat sejauh-jauhnya.” [An Nisaa’:116]

Jika seseorang melakukan kemusyrikan, maka sia-sialah amalnya meski mereka banyak berbuat hal-hal yang dianggap oleh manusia “baik”:

“Itulah petunjuk Allah, yang dengannya Dia memberi petunjuk kepada siapa yang dikehendaki-Nya di antara hamba-hamba-Nya. Seandainya mereka mempersekutukan Allah, niscaya lenyaplah dari mereka amalan yang telah mereka kerjakan.” [Al An’aam:88]

“Dan sesungguhnya telah diwahyukan kepadamu dan kepada (nabi-nabi) yang sebelummu: “Jika kamu mempersekutukan (Tuhan), niscaya akan hapuslah amalmu dan tentulah kamu termasuk orang-orang yang merugi.” [Az Zumar:65]

“Tidaklah pantas orang-orang musyrik itu memakmurkan mesjid-mesjid Allah, sedang mereka mengakui bahwa mereka sendiri kafir. Itulah orang-orang yang sia-sia pekerjaannya, dan mereka kekal di dalam neraka.” [At Taubah:17]

Sesungguhnya, Tauhid (Mengakui Tuhan itu ada dan satu, yaitu Allah SWT), adalah hal paling penting dan pertama-tama yang harus dipelajari oleh seorang Muslim. Nabi Muhammad SAW selama 13 tahun masa-masa pertama kenabiannya, gigih menyampaikan ajaran Tauhid kepada orang-orang kafir Quraisy, begitu pula setelahnya.

Saya melihat banyak orang yang terlalu fokus pada masalah fikih, tasauf, dan lain-lain, tapi kurang mengkaji masalah Tauhid. Padahal Tauhid ini adalah dasar dari agama Islam. Akibatnya, aqidah ummat Islam jadi lemah. Betapa banyak orang yang sholat, tapi tetap korupsi, betapa banyak orang yang haji tapi tetap berzinah, dan bahkan ada muslimah yang berjilbab, akhirnya nikah dengan orang kafir dan menjadi kafir pula. Banyak orang yang murtad karena kurang beres Tauhid-nya. Itulah jika kita terlalu sibuk pada hal sekunder, sehingga lupa pada hal yang primer: Tauhid!


SIAPA TUHAN KITA?

Tidak dapat dipungkiri, bahwa sesungguhnya Tuhan itu hanya satu. Meski demikian, banyak orang yang menyembah Tuhan yang berbeda-beda. Ada yang menyembah matahari sebagai Tuhannya. Ada yang menyembah Tuhan Bapak, Tuhan Anak, dan sebagainya. Ada juga yang hanya menyembah Allah semata.

Lalu, manakah Tuhan yang benar menurut Islam? Bagaimana ciri-cirinya? Sesungguhnya, kita tidak mengetahui sedikit pun tentang Tuhan, meski demikian, dalam Al Qur’an, Tuhan menjelaskan sifat-sifatnya.

Menurut ajaran Islam, Tuhan adalah pencipta segalanya:

“Allah Pencipta langit dan bumi, dan bila Dia berkehendak (untuk menciptakan) sesuatu, maka (cukuplah) Dia hanya mengatakan kepadanya: “Jadilah”. Lalu jadilah ia.” [Al Baqoroh:117]

“Sesungguhnya misal (penciptaan) `Isa di sisi Allah, adalah seperti (penciptaan) Adam. Allah menciptakan Adam dari tanah, kemudian Allah berfirman kepadanya: “Jadilah” (seorang manusia), maka jadilah dia.” [Ali Imran:59]

”Katakanlah: “Apakah di antara sekutu-sekutumu ada yang dapat memulai penciptaan makhluk, kemudian mengulanginya (menghidupkannya) kembali?” katakanlah: “Allah-lah yang memulai penciptaan makhluk, kemudian mengulanginya (menghidupkannya) kembali; maka bagaimanakah kamu dipalingkan (kepada menyembah yang selain Allah)?” [Yunus:34]

Tuhan juga memiliki semua yang ada, baik di bumi, langit, mau pun yang ada di antara keduanya:

“Sesungguhnya telah kafirlah orang-orang yang berkata: “Sesungguhnya Allah itu ialah Al Masih putera Maryam”. Katakanlah: “Maka siapakah (gerangan) yang dapat menghalang-halangi kehendak Allah, jika Dia hendak membinasakan Al Masih putera Maryam itu beserta ibunya dan seluruh orang-orang yang berada di bumi semuanya?” Kepunyaan Allah-lah kerajaan langit dan bumi dan apa yang di antara keduanya; Dia menciptakan apa yang dikehendaki-Nya. Dan Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.” [Al Maaidah:17]

Tuhan juga telah ada sebelum segala sesuatu ada (awal). Tuhan juga akan tetap ada, ketika yang lain telah musnah (akhir):

“Dialah Yang Awal dan Yang Akhir, Yang Zhahir dan Yang Bathin; dan Dia Maha Mengetahui segala sesuatu.” [Al Hadiid:3]

Oleh karena itu, tidak mungkin Tuhan lahir, ketika makhluk lain sudah ada, atau pun meninggal, ketika makhluk lain masih ada. Jika ada, itu tidak lain hanyalah makhluk ciptaan Tuhan belaka.

Hanya ada satu Tuhan, yaitu: Allah.

“Sesungguhnya kafirlah orang-orang yang mengatakan: “Bahwasanya Allah salah satu dari yang tiga”, padahal sekali-kali tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Tuhan Yang Esa. Jika mereka tidak berhenti dari apa yang mereka katakan itu, pasti orang-orang yang kafir di antara mereka akan ditimpa siksaan yang pedih.” [Al Maa-idah:73]

Allah tidak punya sekutu.

“Katakanlah: “Siapakah Tuhan langit dan bumi?” Jawabnya: “Allah.” Katakanlah: “Maka patutkah kamu mengambil pelindung-pelindungmu dari selain Allah, padahal mereka tidak menguasai kemanfaatan dan tidak (pula) kemudharatan bagi diri mereka sendiri?”. Katakanlah: “Adakah sama orang buta dan yang dapat melihat, atau samakah gelap gulita dan terang benderang; apakah mereka menjadikan beberapa sekutu bagi Allah yang dapat menciptakan seperti ciptaan-Nya sehingga kedua ciptaan itu serupa menurut pandangan mereka?” Katakanlah: “Allah adalah Pencipta segala sesuatu dan Dia-lah Tuhan Yang Maha Esa lagi Maha Perkasa”. [Ar Ra’d:16]

“Dan katakanlah: “Segala puji bagi Allah Yang tidak mempunyai anak dan tidak mempunyai sekutu dalam kerajaan-Nya dan Dia bukan pula hina yang memerlukan penolong dan agungkanlah Dia dengan pengagungan yang sebesar-besarnya.” [Al Israa:111]

Maha Suci Allah dari mempunyai anak dan sekutu.

“Allah sekali-kali tidak mempunyai anak, dan sekali-kali tidak ada tuhan (yang lain) beserta-Nya, kalau ada tuhan beserta-Nya, masing-masing tuhan itu akan membawa makhluk yang diciptakannya, dan sebagian dari tuhan-tuhan itu akan mengalahkan sebagian yang lain. Maha Suci Allah dari apa yang mereka sifatkan itu,” [Al Mu’minuun]

“dan tidak ada seorangpun yang setara dengan Dia”. [Al Ikhlas:4]

Allah Maha Mengetahui, baik yang zahir mau pun yang ghaib.

“Dan pada sisi Allah-lah kunci-kunci semua yang ghaib; tak ada yang mengetahuinya kecuali Dia sendiri, dan Dia mengetahui apa yang di daratan dan di lautan, dan tiada sehelai daunpun yang gugur melainkan Dia mengetahuinya (pula), dan tidak jatuh sebutir bijipun dalam kegelapan bumi dan tidak sesuatu yang basah atau yang kering, melainkan tertulis dalam kitab yang nyata (Lauh Mahfuzh).” [Al An’aam:59]

Allah Maha Kuasa. Sering kita terpukau akan kegagahan/keperkasaan seseorang. Namun mereka semua tidak ada yang kekal. Orang-orang yang besar dan ditakuti seperti Jengis Khan, Hitler, Roosevelt, semua musnah di tangan Allah yang Maha Kuasa dan Maha Mematikan.

“Jika Allah menghendaki, niscaya Dia musnahkan kamu wahai manusia, dan Dia datangkan umat yang lain (sebagai penggantimu). Dan adalah Allah Maha Kuasa berbuat demikian.” [An Nisaa:133]

“Kemudian mereka mengambil tuhan-tuhan selain daripada-Nya (untuk disembah), yang tuhan-tuhan itu tidak menciptakan apapun, bahkan mereka sendiri diciptakan dan tidak kuasa untuk (menolak) sesuatu kemudharatan dari dirinya dan tidak (pula untuk mengambil) sesuatu kemanfa`atanpun dan (juga) tidak kuasa mematikan, menghidupkan dan tidak (pula) membangkitkan.” [Al Furqaan:3]

Allah Maha Mengatur. Sering kita lihat jembatan yang telah dirancang oleh para ahli dan dibangun ratusan tukang dengan tiang-tiang yang kuat, roboh seketika. Atau lalu-lintas udara yang diatur dengan radar, pengawas udara, serta pilot dan co-pilot, tetap selalu mengalami kecelakaan setiap tahunnya.

Namun tidak pernah sekalipun langit yang tanpa tiang ambruk menimpa bumi. Matahari tidak pernah menabrak bulan atau bumi, meski semuanya telah beredar selama milyaran tahun. Itulah bukti bahwa keteraturan itu terjadi karena adanya Sang Maha Pengatur: Allah.

“Allah-lah Yang meninggikan langit tanpa tiang (sebagaimana) yang kamu lihat, kemudian Dia bersemayam di atas `Arsy, dan menundukkan matahari dan bulan. Masing-masing beredar hingga waktu yang ditentukan. Allah mengatur urusan (makhluk-Nya), menjelaskan tanda-tanda (kebesaran-Nya), supaya kamu meyakini pertemuan (mu) dengan Tuhanmu.” [Ar Ra’d:2]

Allah juga telah memberikan banyak nikmatnya kepada manusia:

“Dialah Yang menjadikan bumi sebagai hamparan bagimu dan langit sebagai atap, dan Dia menurunkan air (hujan) dari langit, lalu Dia menghasilkan dengan hujan itu segala buah-buahan sebagai rezki untukmu; karena itu janganlah kamu mengadakan sekutu-sekutu bagi Allah, padahal kamu mengetahui.” [Al Baqarah:22]

“Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, silih bergantinya malam dan siang, bahtera yang berlayar di laut membawa apa yang berguna bagi manusia, dan apa yang Allah turunkan dari langit berupa air, lalu dengan air itu Dia hidupkan bumi sesudah mati (kering) -nya dan Dia sebarkan di bumi itu segala jenis hewan, dan pengisaran angin dan awan yang dikendalikan antara langit dan bumi; Sungguh (terdapat) tanda-tanda (keesaan dan kebesaran Allah) bagi kaum yang memikirkan.” [Al Baqarah:164]

Itulah beberapa sifat dari Allah, Tuhan kita. Sifat-sifat Allah lainnya tercermin dalam 99 nama Allah (Asma ul Husna).


Wassalamu ‘alaikum wa rohmatullahi wa barokatuhu

PENYAKIT HATI

MACAM PENYAKIT HATI DAN SIFAT BURUK MANUSIA

1. Iri Hati
Iri hati adalah suatu sifat yang tidak senang akan rizki / rejeki dan nikmat yang didapat oleh orang lain dan cenderung berusaha untuk menyainginya. Iri hati yang diperbolehkan dalam ajaran islam adalah iri dalam hal berbuat kebajikan, seperti iri untuk menjadi pintar agar dapat menyebarkan ilmunya di kemudian hari. Atau iri untuk membelanjakan harta di jalan kebenaran.


2. Dengki
Dengki adalah sikap tidak senang melihat orang lain bahagia dan berusaha untuk menghilangkan nikmat tersebut. Sifat ini sangat berbahaya karena tidak ada orang yang suka dengan orang yang memiliki sifat seperti ini.

3. Hasut / Hasud / Provokasi
Hasud adalah suatu sifat yang ingin selalu berusaha mempengaruhi orang lain agar amarah / marah orang tersebut meluap dengan tujuan agar dapat memecah belah persatuan dan tali persaudaraan agar timbul permusuhan dan kebencian antar sesama.

4. Fitnah
Fitnah lebih kejam dari pembunuhan adalah suatu kegiatan menjelek-jelekkan, menodai, merusak, menipu, membohongi seseorang agar menimbulkan permusuhan sehingga dapat berkembang menjadi tindak kriminal pada orang lain tanpa bukti yang kuat.

5. Buruk Sangka
Buruk sangka adalah sifat yang curiga atau menyangka orang lain berbuat buruk tanpa disertai bukti yang jelas.

6. Khianat / Hianat
Hianat adalah sikap tidak bertanggungjawab atau mangkir atas amanat atau kepercayaan yang telah dilimpahkan kepadanya. Khianat biasanya disertai bohong dengan mengobral janji. Khianat adalah ciri-ciri orang munafik. Orang yang telah berkhianat akan dibenci orang disekitarnya dan kemungkinan besar tidak akan dipercaya lagi untuk mengemban suatu tanggung jawab di kemudian hari.



Berbagai jenis-jenis atau macam-macam penyakit hati telah dijelaskan pada tulisan diata seperti iri hati, dengki, hasud, su udzon, khianat, dan lain sebagainya. Penyakit-penyakit ini apabila tidak ditangani dan ditanggulangi dengan baik bisa berakibat buruk pada diri kita. Seperti halnya sakit pada organ tubuh / fisik kita, penyakit hati yang berupa sifat perilaku buruk bisa diobati / disembuhkan dengan obat hati.

Berikut ini adalah beberapa obat untuk menyembuhkan penyakit hati kita :

1. Tidak Banyak Bicara

Terlalu banyak bicara dapat membuat hati kita menjadi keras. Berbicaralah yang tidak penting secukupnya dan hindari menjadi orang yang omong besar, omdo / omong doang, pembual, tukang bohong, ghibah, ngerumpi, dan lain sebagainya. Banyak bicara dalam kebaikan boleh-boleh saja seperti untuk mengajar, petugas pelayanan, ngobrol biasa dengan teman, tetangga, keluarga, dan lain sebagainya.

2. Menjaga Emosi Dan Nafsu

Emosi dapat membuat hidup menjadi tidak tenang. Oleh karena itu kita sebaiknya selalu menjaga emosi kita agar tidak menjurus ke penyakit hati. Beberapa contoh nafsu yang harus kita tundukkan antara lain seperti nafsu akan harta, nafsu seks, nafsu makan, nafsu jabatan, nafsu marah, nafsu mewujudkan impian, dan lain sebagainya. Salah satu cara untuk melatih emosi dan nafsu kita adalah dengan melakukan ibadah puasa, baik puasa sunah maupun puasa wajib ramadhan.

3. Selalu Mengingat Allah SWT

Ada beberapa cara untuk dapat selalu mengingat Allah SWT yaitu seperti dengan rajin sholat baik sholat wajib lima waktu, shalat tahajud, sholat dhuha, solat malam, dan lain-lain. Selain itu zikir, doa dan mengaji atau membaca al-qur'an juga dapat menghindarkan kita dari penyakit hati. Diharapkan dari mengingat Allah SWT kita menjadi takut atas ancaman Allah SWT jika kita melakukan dosa yang disebabkan oleh penyakit hati dan perbuatan maksiat.

4. Bergaul Dengan Orang Saleh / Soleh

Dengan berteman dengan orang-orang yang penuh dengan penyakit hati hanya akan menulari kita dengan penyakit-penyakit itu sehingga kita akan semakin jauh dari Allah. Salah pergaulan juga dapat menambah dosa akibat perbuatan maksiat yang baik disadari atau tidak telah kita lakukan. Lain hal apabila kita bergaul dengan orang shaleh yang selalu menjaga dan membatasi diri dalam pergaulan agar mereka tidak terjerumus dalam maksiat.

Semoga anda selalu terhindar dari penyakit hati, serta masalah yang disebabkan olehnya.




Kamis, 25 Februari 2010

MEMAHAMI BID'AH

BAGAIMANA MEMAHAMI BID`AH

Selepas sholat maghrib, seperti biasanya Haji Yunus melakukan dialog dengan para jama'ah. Malam itu kebetulan terang bulan, dan udara pun tidak terlalu dingin. Suasana nyaman itu mendadak menjadi panas akibat pertanyaan seorang jama'ah.

"Pak Haji, ijinkan saya bertanya soal bid'ah." demikian pertanyaan Ace, nama anak muda itu. Jama'ah tersentak kaget. Sudah beberapa tahun ini masalah sensitif tersebut tidak disinggung dalam Masjid Jami' di desa tersebut. Haji Yunus memang ingin menjaga keutuhan dan kekompakan ummat Islam di desa itu.

"Silahkan," jawab Haji Yunus dengan senyum khasnya. "Ada baiknya setelah sekian lama kita menahan diri dan bersikap toleran terhadap sesama, ada baiknya kalau sekarang kita dialogkan dengan toleran dan terbuka pula masalah ini. Biar kita terus dapat memelihara suasana persaudaraan di kampung ini."

Ace kemudian mulai bertanya, "saya sering membaca buku agama yang mewanti-wanti soal bid'ah. Baca Qunut bid'ah, Mauludan itu bid'ah, tahlilan itu bid'ah bahkan berzikir dg tasbih juga bid'ah. Padahal konon setiap bid'ah itu sesat dan setiap kesesatan tempatnya di neraka! Mohon pencerahan pak Haji!"
"Anakku," sapa pak Haji dengan penuh kasih sayang. "Sekitar lima belas abad yang lampau, Rasulullah saw bersabda, 'Sebaik-baiknya perkataan/berita adalah Kitabullah dan sebaik-baiknya petunjuk adalah petunjuk dari Muhammad. Sementara itu, sejelek-jelek urusan adalah membuat-buat hal yang baru (muhdastatuha) dan setiap bid'ah adalah sesat dan setiap kesesatan tempatnya di neraka." [Lihat misalnya Shahih Muslim, Hadis Nomor [HN] 1.435; Sunan al-Nasa'i, HN 1560; Sunan Ibn Majah, HN 44 dengan sedikit perbedaan redaksi]

"Berarti benar dong...bid'ah itu sesat!" cetus Mursalin, jama'ah yang semula hanya duduk di pojokan Masjid, kini mulai maju ke depan mendekati sang Ustadz.

"Benar! Namun masalahnya apakah yang disebut bid'ah itu? apakah semua urusan yang belum ada pada jaman Nabi disebut bid'ah? Saya ke kantor pakai Honda, tetangga saya pakai Toyota, lalu Nabi pakai Onta. Apa ini juga bid'ah?" balas Burhanuddin, pegawai jawatan kereta api. Ada nada emosi di suaranya.

"Sabar...sabar..."Haji Yunus berusaha menenangkan jama'ah yang mulai merasakan 'hot'nya suasana. "Kita harus lihat dulu konteks hadis tersebut. Nabi sebenarnya saat itu sedang membuat perbandingan antara hal yang baik dengan hal yang buruk. Hal yang baik adalah berpegang kepada Kitabullah dan Sunnah Nabi. Sedangkan hal yang buruk adalah melakukan sebuah perbuatan yang tidak ada dasarnya dalam kedua sumber itu."

"Tetapi...pak Ustadz..." Burhanuddin mencoba memotong keterangan ustadz.

"Nah, anda sudah berbuat bid'ah saat ini. Tidak sekalipun Nabi memotong perbincangan sahabatnya atau perkataan orang kafir. Ini adalah contoh paling jelas dan nyata dari perbuatan bid'ah. Dengarkanlah dulu penjelasan saya sampai selesai. Setelah tiba giliran anda silahkan berkomentar." tegur sang ustadz dengan lembut.

"Maaf..ustadz....silahkan diteruskan..." Burhanuddin menyadari kekhilafannya. Kadangkala merasa diri benar telah menimbulkan hawa nafsu dan setan berhasil membangkitkan nafsu tersebut.

"Saya ulangi, perbuatan bid'ah adalah perbuatan yang tidak ada dasarnya dalam kedua sumber utama kita tersebut. Namun ini baru setengah cerita. Bukankah seperti disebut ananda Burhanuddin tadi terdapat banyak urusan kita sehari-hari yang berbeda dengan yang dialami Nabi akibat perbedaan ruang dan waktu serta berkembangnya tekhnologi. Apakah ini juga tergolong bid'ah? Tidakkah menjadi mundur rasanya kalau kita harus memutar jarum sejarah lima belas abad ke belakang untuk mengikuti semua hal yang ada di jaman Nabi termasuk soal keduniawian? Tidak realistis rasanya kalau kita harus naik onta di desa ini hanya karena tidak ingin jatuh pada perbuatan bid'ah. Untuk itu perlu dipahami konteks bid'ah tersebut."

Jama'ah makin mendekat berdesak-desakan menunggu keterangan Haji Yunus selanjutnya.

"Jama'ah sekalian....Syarh Sunan al-Nasa'i li al-Suyuti memberikan keterangan apa yang dimakud dengan "muhdastatuha" dalam hadis yang saya bacakan di atas. Disebut muhdastatuha kalau kita membuat-buat urusan dalam masalah Syari'at atau dasar-dasar agama (ushul). Dalam Syarh Shaih Muslim, Imam Nawawi menjelaskan lebih lanjut bahwa para ulama mengatakan bid'ah itu ada lima macam: wajib, sunnah, haram, makruh dan mubah."

"Yang wajib adalah mengatur argumentasi berhadapan dengan para pelaku bid'ah. Yang mandub (sunnah) adalah menulis buku-buku agama mengenai hal ini dan membangun sekolah-sekolah. Ini tidak ada dasarnya dalam agama namun diwajibkan atau disunnahkan melakukannya. Yang dianggap mubah adalah beraneka ragam makanan sedangkan makruh dan haram sudah nyata dan jelas contohnya. Jadi kata bid'ah dalam hadis di atas dipahami oleh Suyuti dan Nawawi sebagai kata umum yang maksudnya khusus. Kekhususannya terletak pada persoalan pokok-pokok syari'at (ushul) bukan masalah cabang (furu').

"Jika kita menganggap hadis itu tidak berlaku khusus maka semua yang baru (termasuk tekhnis pelaksanaan ibadah) juga akan jatuh pada bid'ah. Kedua kitab Syarh tersebut juga mengutip ucapan Umar bin Khattab soal sholat tarawih di masanya sebagai 'bid'ah yang baik' (ttg ucapan Umar ini lihat Shahih Bukhari, HN 1871). Dengan demikian Umar tidak menganggap perbuatan dia melanggar hadis tersebut, karena sesungguhnya yang di-"modifikasi" oleh Umar bukan ketentuan atau pokok utama sholatnya, melainkan tekhnisnya. Mohon dicatat, penjelasan mengenai hadis ini bukan dari saya tetapi dari dua kitab syarh hadis dan keduanya saling menguatkan satu sama lain"

"Kita juga harus berhati-hati dalam menerima sejumlah hadis masalah bid'ah ini. Sebagai contoh, hadis mengenai bid'ah yang tercantum dalam Sunan al-Tirmizi, HN 2701 salah satu rawinya bernama Kasirin bin Abdullah. Imam Syafi'i menganggap dia sebagai pendusta, Imam Ahmad menganggap ia munkar, dan Yahya menganggapnya lemah. Hadis masalah bid'ah dalam Sunan Ibn Majah, HN 48 diriwayatkan oleh Muhammad bin Mihshanin. Tentang dia, Yahya bin Ma'yan mengatakan dia pendusta, Bukhari mengatakan dia munkar, dan Abu Hatim al-Razi mengatakan dia majhul. Ibn Majah meriwayatkan hadis dalam masalah ini [HN 49], diriwayatkan oleh dua perawi bermasalah. Abu Zar'ah al-Razi mengatakan bahwa Bisyru bin Mansur tidak dikenal, Zahabi mengatakan Abi Zaid itu majhul. Kedua hadis Ibn Majah ini tidak dapat tertolong karena hanya diriwayatkan oleh Ibn Majah sendiri, yaitu "Allah menolak amalan pelaku bid'ah, baik sholatnya, puasanya...dst. Namun Saya tidak bilang semua hadis ttg bid'ah itu lemah lho...."

"Pak Haji, bisa tolong membuat batasan masalah pokok agama itu apa saja dan masalah cabang atau furu' itu yang bagaimana" tanya Ace yang sebelumnya sibuk mencatat nomor hadis dan kitab hadis yg disebutkan Haji Yunus.

"Yang disebut asal/pokok/dasar Agama adalah ibadah mahdhah yang didasarkan oleh nash al-Qur'an dan Hadis yang qat'i. Dia berkategori Syari'ah, bukan fiqh. Kalau sebuah amalan didasarkan pada dalil yang ternyata dilalahnya (petunjuknya) bersifat zanni maka boleh jadi amalan tersebut akan berbeda satu dengan lainnya. Ini disebabkan zanni al-dalalah memang membuka peluang terjadinya perbedaan pendapat. Sementara kalau dilalah atau dalalahnya bersifat qat'i maka dia masuk kategori Syari'ah dan setiap hal yang menyimpang dari ketentuan ini dianggap bid'ah. Jadi, sebelum menuduh bid'ah terhadap amalan saudara kita, mari kita periksa dulu apakah ada larangan dari Nabi yang bersifat qat'i (tidak mengandung penafsiran atau takwil lain) terhadap amalan tersebut?"

"Jikalau tidak ada larangan, namun dia melanggar ma'lum minad din bid dharurah (ketentuan agama yang telah menjadi aksioma), maka dia jatuh pada bid'ah. Kalau tidak ada larangan, dan tidak ada ketentuan syari'at yang dilanggar, amalan tersebut statusnya mubah, bukannya bid'ah!"

"Contohnya pak Kiyai...."

"Baik, ini adalah contoh praktisnya:

Apakah ada larangan memakai alat untuk berzikir (kita kenal dg tasbih atau rosario utk agama lain) ? Meskipun Nabi tidak pernah mencontohkannya, bukan berarti tidak boleh! Adalah benar dalam masalah ibadah berlaku kaidah, 'asal sesuatu dalam ibadah itu haram kecuali ada dalil yg membolehkan atau mewajibkan'. Nah, apakah memakai tasbih itu termasuk ibadah mahdhah atau tidak? Indikasinya adalah apakah zikir kita tetap sah kalau tidak pakai tasbih? tentu saja tetap sah, karena yang disebut ibadah adalah zikirnya, bukan cara menghitung 33 atau 99nya. Tasbih memang dipakai dalam zikir tetapi dia hanya masalah tekhnis. Seseorang bisa jatuh pada bid'ah kalau menganggap wajib hukumnya memakai tasbih untuk berzikir. Tetapi kalau memandang tasbih hanya sebagai alat tekhnis saja, tentu tidakmasalah.

"Ini yang saya maksud dengan membedakan mana ibadah inti dan mana tekhnis ibadah; mana ibadah mahdah dan mana ibadah ghaira mahdhah." Contoh lain, haji itu wukuf di padang Arafah. Ini ketentuan Syari'ah; bukan fiqh. Kalau anda wukufnya di Mina, maka anda berbuat bid'ah."

"Contoh lain....Nabi menyuruh kita melihat bulan untuk berpuasa. Sekarang kita lihatnya pakai teropong? Apakah ini bid'ah? Fungsi teropong kan hanya membantu saja (tekhnis/alat bantu). Jadi, sama dg tasbih."

"Soal merayakan Maulid bagaimana?" tanya Mursalin.

"Sama saja...gunakan kriteria atau batasan yang saya jelaskan di atas.Anda bisa menilai sendiri. Pertama, adakah nash yang melarang atau menyuruh kita merayakan maulid Nabi?"

"Tidak ada" jawab jama'ah serempak.

"Apakah maulid nabi bagian dari ibadah inti atau ibadah mahdhah?

Apakah kita berdosa kalau meninggalkannya?"

"Tidak...." jama'ah menjawab lagi.

"Apakah hukumnya wajib menyelenggarakan maulid Nabi?"

"Tidak!!!"

"Bagus...anda sudah bisa menyimpulkan sendiri kan....Nah, contoh bid'ah yg nyata adalah menambah atau mengurangi jumlah rakaat dalam sholat. Karena ada perintah Nabi, "Shollu kama raytumuni ushalli"

"Bagaimana dengan masalah melafazkan niat atau ushalli dalam sholatustadz?" tanya pak Haji Ya'qub, seorang juragan ayam di desa itu.

"Yang diperintah itu adalah berniat. Di sini tidak ada perbedaan pendapat. Perbedaan mulai timbul: apakah niatnya itu kita lafazkan atau cukup dalam hati. Sama-sama tidak ada nash qat'i dalam hal ini, sehingga dia bukan masalah dasar atau pokok agama. Apalagi lafaz niatnya itu dibacanya sebelum takbiratul ihram. Sholat itu dimulai dari takbiratul ihram; apapun tindakan, ucapan atau pikiran anda sebelum anda takbiratul ihram sholat anda tetap sah. karena sholat dihitung dari saat anda mengucapkan takbiratul ihram."

"Bukankah ada hadis yg menyebutkan bahwa ketika sholat nabi langsungmengucap Allahu Akbar, tanpa membaca ushalli." tanya pak Haji Ya'qubpenasaran.

"Benar...selama kita tidak menganggap bacaan ushalli itu wajib dibaca dan bagian dari sholat maka itu masuk kategori tekhnis ibadah. Lebih tepat lagi tekhnis berniat dalam sholat. Dalam hal Nabi langsung membaca takbir, berarti Nabi saat berniat sholat sudah mantap menyatukan antara ucapan, perbuatan, pikiran, motivasi dan kepasrahan. Lalu bagaimana dengan mereka yang perlu berkonsenstrasi memusatkan perhatiannya dg melafazkan niat? Saya memandang ini bukan bid'ah, Wa Allahu A'lam. Yang jelas melafazkan niat bukan bagian dari ibadah sholat; itu dilakukan SEBELUM takbir. Lha wong anda sebelum takbir aja gossip boleh kok...."

"Masak mau sholat nge-gossip dulu ustadz?" tanya Burhanuddin

"Maksud saya, contoh ekstremnya demikian. Nge-gossip sebelum takbir tidak akan membatalkan sholat anda. Lha wong sholatnya belum dimulai, kok sudah batal. Nah daripada antum pada nge-gossip kan lebih baik berkonsentrasi dg segala cara agar sholatnya khusyu'."

Tanpa terasa...waktu isya' telah tiba. Haji Yunus menutup dialog kali ini dengan menyatakan: "Apa yang saya sampaikan ini tentu belum sempurna dan belum memuaskanantum semua. Saya mohon ampun kepada Allah atas kekhilafan dan kekurangan saya. Semoga Allah senantiasa menunjuki kita ke jalan yang lurus."

salam hangat,

SHALAWAT

KEUTAMAAN SHALAWAT

Apabila kita perhatikan dan kita pelajari sejumlah hadits yang mengemukakan fadilah-fadilah dan faedah-faedah bershalawat, dan satu persatu kita ambil pengertian, maka dapat kita simpulkan bahwa faedah-faedah bershalawat adalah :

1. Dapat memperoleh limpahan rahmat dan kebaikan dari Allah SWT.

2. Dapat mengangkat ( meninggikan ) derajat dan menghapus kejahatan dan kesalahan.

3. Memperoleh pengakuan kesempurnaan iman, jika kita membacanya 100 ( seratus ) kali.

4. Menjauhkan kerugian, penyesalan, dan dimasukan ke dalam golongan orang-orang yang shaleh.

5. Mendekatkan diri kepada Allah Ta’ala.( Taqarrub ilallah).

6. Memperoleh pahala seperti pahala memerdekakan budak ( hamba sahaya ).

7. Dapat memperoleh Syafa’at di hari qiamat.

8. Memperoleh penyertaan dari Malaikat Rahman.

9. Memperoleh hubungan yang rapat dengan Nabi, sebab jika seseorang yang bershalawat dan mengucapkan salam untuk Nabi, maka shalawat dan salamnya itu akan disampaikan oleh Malaikat kepada Nabi.

10. Membuka kesempatan untuk berbicara dengan Nabi.

11. Menghilangkan kesusahan, kegundahan dan kebingungan, serta melapangkan rizqi.

12. Akan dilapangkan dada dalam menghadapi berbagai masalah. Hal ini jika seseorang membaca shalawat 100 ( seratus ) kali.

13. Menghapuskan dosa. Hal ini jika seseorang membiasakannya membaca tiga kali setiap hari.

14. Menggantikan shadaqah bagi orang yang tidak sanggup bershadaqah.

15. Melipatgandakan pahala yang diperoleh. Hal ini apabila seseorang memperbanyak membaca shalawat di hari Jum’at.

16. Mendekatkan kedudukan kepada Rasulullah di hari qiamat.

17. Menjadikan sebab do’a diterima oleh Allah.

18. Dapat melepaskan diri dari kebingungan di hari qiamat. Maka apabila seseorang meninggalkan shalawat kepada Nabi, maka ia akan menghadapi kebingungan dan kekacauan dalam mahkamah di padang Mahsyar.

19. Memenuhi satu hak Nabi, atau menunaikan satu tugas ibadah yang diwajibkan atas ummatnya. Apabila seseorang tidak bershalawat, ia berarti enggan memenuhi hak Nabi yang wajib ia penuhi.

20. Dipandang sebagai seorang yang mencintai Nabi.

Dikabulkan segala kebutuhannya.

SHALAT BIRUL WALIDAIN

Pengajian rutinan malam kamis yang diasuh oleh KH. Munthoha, SH., M.HUm kemaren membahas banyak hal yang paling menarik adalah tuntutan sholat Birul Walidain yaitu sholat sunat dua rakaat yang pahalanya dikhususkan dan dihadiahkan kepada kedua orang tua baik yang masih hidup maupun yang sudah wafat, topik ini menarik karena fadilah dari sholat tersebut yang sangat besar dan sebagai penghormatan dan pengabdian kita sebagai anak kepada orang tua, dalam masyarakat Jawa khususnya terlebih lagi umat Islam nya terutama yang memegang madzab Safi'iyah ala ahlushunah waljama'ah banyak melakukan ritual-ritual dalam rangka birul walidain ini seperti tahlilan, yasinan, peringatan khaul dll.
Adapun syarat rukun sholat birul walidain ini seperti sholat mutlak biasa namun ada beberapa persayaratan sebagai berikut:

Sholat dilakukan dua rakaat pada setiap Malam Kamis setelah sholat Magrib dan sebelum sholat Isyak atau setelah sunat ba'diatal Magrib dan sebelum qobliatal Isyak, adapun tambahannya adalah:
- Rakaat pertama dan kedua bacaannya sama, setelah membaca Fatihah kemudian membaca Ayat Kursi 5 x, Al Falak 5 x, An Naas 5x.
- Setelah salam membaca Istigfar 15 x, sholawat 15 x
- Setelah selesai sholat berdoa yang intinya memohonkan ampun kedua orang tua dan menghadiahkan pahala sholat untuk kedua orang tua.

SHALAWAT RIZKI

Shalawat ini dinamakan shalawat tausi’ul arzaaq dan tahsinul akhlak, adapun fadilah dan khasiatnya, jika shalawat ini dibaca secara terus menerus, niscaya akan diluaskan rizkinya dan diberi akhlak yang baik. Cara mengamalkannya adalah dibaca setiap selesai shalat fardhu sebanyak 11 kali Ini shalawatnya :

اَÙ„َّلهُÙ…َّ صَÙ„ِّ عَÙ„َÙ‰ سَÙŠِّدِÙ†َا Ù…ُØ­َÙ…َّدٍ صَلاَØ©ً تُÙˆَسِّعُ بِÙ‡َا عَÙ„َÙŠْÙ†َا اْلاَرْزَاقَ ÙˆَتُØ­َسِّÙ†ُ بِÙ‡َا Ù„َÙ†َا

اْلاَØ®ْلاَÙ‚َ ÙˆَعَÙ„َÙ‰ اَÙ„ِÙ‡ِ ÙˆَصَØ­ْبِÙ‡ِ ÙˆَسَÙ„ِّÙ…ْ

“ Ya Allah limpahkanlah kesejahteraan pada Penghulu kami Nabi Muhammad dengan shalawat yang dapat melapangkan rizki bagi kami, dan menjadikan baiknya akhlak kami, dan curahkan pula kesejahteraan dan keselamatan atas keluarga dan sahabat-sahabatnya “.

SHALAT AWWABIN

------- Tanya ------- Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh Saya pernah dengar dari salah satu penceramah, bahwa ada sholat (sunah) yang dilakukan setelah sholat magrib dan sebelum sholat Isya, namanya saya lupa jumlah rakaat minmal 6 maksimal 20, Bagaimana Bacaan Niatnya, dan berapa kali salam, apa 2 rakaat salam, 2 rakaat salam, atau langsung 6 kemudian salam? Apakah ada dalilnya? Demikian terima kasih, Wassalamualaikum Wr. Wb. Edi Djunaedi --------- Jawab --------- Assalamu'alaikum wr. wb. Shalat sunnah setelah maghrib, maksudnya setelah ba'diyah maghrib disebut shalat "awwabin". Shalat ini 6 rakaat atau 20 rakaat. Tirmidzi meriwayatkan hadist dari Abu Hurairah, Rasulullah bersabda "Barang siapa shalat 6 rakaat setelah maghrib, di sela-selanya tidak berbicara kotor, maka ia mendapatkan pahala ibadah selama12 tahun. Kemudian beliau juga meriwayatkan dari Aisyah bahwa Rasulullah bersabda "Barangsiapa shalat 20 rakaat setelah maka Allah mambangun rumah di sorga untuknya", Tirmidzi berkata, hadist Abu Harairah "gharib" (hanya diriwayatkan seorang rawi yang tidak kuat). Tabrani juga meriwayatkan dari Ammar bin Yasir, Rasulullah bersabda "Barangsiapa melakukan shalat 6 rakaat setelah aghrib, maka diampuni dosanya meskipun sebanyak ombak lautan". Ibnu Majah dan Ibnu Huzaimah juga meriwayatkan serupa. Shaukani dalam Nailul Autar setelah menyebutkan hadist-hadist di atas menjelaskan bahwa meskipun hadist-hadist ini "dla'if" (lemah), semuanya menganjurkan adanya shalat sunnah ini, apalagi ini termasuk fadlaiul a'mal (keutamaan ibadah)". Semoga membantu Wassalam Muhammad Niam

EDAN TENAN......

BANYAK SUAMI SURUH ISTRI JADI PSK (EDAN!)

Akibat tekanan ekonomi yang semakin meningkat, dilaporkan banyak suami di Sumatera Utara yang mempekerjakan istrinya menjadi pekerja seks komersial (PSK) untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga.


Pernyataan itu disampaikan Sabar Turnip, Kepala Seksi Rehabilitasi Tuna Sosial, Dinas Sosial Sumatera Utara di Medan, Selasa.

Dia mengatakan, PSK yang beroperasi di Kota Medan juga kian marak dan tampil secara terang-terangan tidak hanya di tempat-tempat hiburan malam, panti pijat, tetapi "menjajakan diri" di pinggir-pinggir jalan.

Alasan kesulitan ekonomi penyebab wanita menjadi PSK, juga karena rendahnya pendidikan, korban perdagangan manusia (human trafficking), korban kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) serta gaya hidup yang konsumtif.

"Lemahnya keimanan suami turut mendorong terjerumusnya wanita ke lembah hitam, terbukti dari hasil penelitian yang dilakukan Dinas Sosial Sumut, terdapat wanita yang menjadi PSK itu keinginan dari suaminya," ucap Turnip.

Dinas Sosial Sumut sudah berulang kali menjaring para PSK dari berbagai lokasi, tetapi pada akhirnya mereka keluar dan berpraktik kembali di jalanan. Sebab, sebagian wanita yang diamankan ternyata dapat memperlihatkan surat nikah serta mendatangkan suaminya ke tempat penampungan sehingga tidak ada alasan bagi Dinas Sosial untuk menahan wanita tersebut guna pembinaan.

Dinas Sosial Sumut memiliki tempat penampungan PSK untuk pembinaan di Berastagi, Kabupaten Tanah Karo. Namun, dalam pelaksanaan banyak PSK yang digiring ke tempat itu melarikan diri dan bersembunyi di kampung halamannya masing-masing.

Setelah beberapa lama bersembunyi, mereka berpraktik kembali sebagaimana biasa. Hal ini kerap terjadi pada beberapa PSK yang berulang kali tertangkap dalam razia.

(kompas.com)

MAMA, ADA LES TAMBAHAG
MARAKNHYA SISWI SMP/SMP JADI PSK DI SUMATERA UTARA


2.000-an Siswa SMP dan SMA Jadi Pelacur di Medan

Para orangtua harus memberi perhatian dan pengawasan ekstra terhadap remaja putrinya, terutama yang masih duduk di bangku SMA dan SMP. Pasalnya, banyak anak SMA dan SMP di Medan yang terlibat prostitusi terselubung. Mereka mengakali orangtuanya dengan menyebut ada les tambahan di sekolah.

Mengutip hasil penelitian Pusat Kajian dan Perlindungan Anak (PKPA) Sumut, sekira 2.000-an pelajar di Medan terlibat dalam pelacuran anak. 30 persen dari jumlah tersebut masih pelajar SMP.

“Saya khawatir ini fenomena gunung es. Ini hasil terukur melalui penelitian yang kami lakukan. Jangan-jangan jumlah anak sekolah yang terlibat dalam prostitusi anak jumlahnya melebihi angka tersebut,” kata Ahmad Sofyan, Direktur PKPA, beberapa waktu lalu.

Menurutnya, ini sangat mengkhawatirkan. Setiap tahun dipastikan angka ini akan bertambah, mengingat tidak ada langkah kongkret dari pemerintah, orangtua atau pihak sekolah untuk menghempang fenomena ini. “Yang lebih mengkhawatirkan lagi, masih ada sejumlah pihak yang tak peduli dengan kondisi ini,” ujar Sofyan yang juga Koordinator Nasional Koalisi Nasional Penghapusan Eksploitasi Seksual Komersial Anak.
Dia bilang, penyebab utama dari persoalan ini sebenarnya dekandensi moral dan serangan gaya hidup yang sangat luar biasa. Dari banyak responden yang dijadikan sample, kemiskinan bukanlah penyebab anak usia 12-17 tahun itu terjun menjadi ‘produk’ pemuas seks komersil.

“Banyak sebab, tapi bukan kemiskinan penyebabnya. Kalaupun ada karena kemiskinan, jumlahnya sangat kecil. Rata-rata karena pergaulan remaja yang tidak sehat dan gaya hidup. Umumnya karena sudah tak perawan lagi karena sudah ML (making love, Red) dengan pacar, atau sakit hati dengan pacar. Karena sudah tak perawan lagi, anak-anak ini mudah saja dibujuk untuk terjun menjadi PSK (pekerja seks komersial) anak,” sebutnya.
Kemudian, sebutnya, pola gaya hidup juga jadi pendorong. Ingin punya barang atau sesuatu yang lebih, yang tak mungkin diminta kepada orangtua, mengakibatkan para ABG itu menempuh jalan pintas. “Bahkan beberapa anak SMA yang kami teliti terjun ke ranah seksual komersil gara-gara menggelapkan uang sekolah (SPP). Tanpa terasa karena berbagai kebutuhan, uang sekolah dimakan, jumlahnya sampai tiga bulan. Minta uang sekolah lagi kepada orangtua, takut dimarah. Jalan pintas lalu menjadi PSK,” tukasnya.

Data yang merisaukan PKPA adalah tingginya angka siswa SMA yang melacurkan diri di beberapa sekolah tertentu di Medan. Sekolah tersebut rata-rata sekolah bergengsi, tempat anak-anak kalangan menengah atas bersekolah. “Beberapa sekolah yang kami teliti, per kelas terdapat 15-20 siswa yang ternyata sudah terjun menjadi PSK. Ini sangat mengkhawatirkan, karena tidak akan mungkin hilang, tanpa ada tindakan yang nyata dari orangtua, pihak sekolah, dan semua pihak yang berkepentingan,” katanya.

Sofyan mengatakan, memberantas pelacuran anak SMA dan SMP sangat sulit, karena proses regenerasi terus berjalan. Sejalan dengan tingginya gaya hidup dan kebutuhan hidup, maka proses regenerasi PSK ABG ini akan terus berkembang. “Ada yang unik, yang menjadi germo adalah kakak kelas atau senior yang terlebih dahulu terjun menjadi PSK. Atau bahkan teman sekelas yang menjual para ABG ini kepada TB atau tubang singkatan dari tua bangka (sebutan para ABG untuk pria hidung belang yang jadi mangsanya,” jelasnya.

Bagaimana anak usia SMA dan SMP bisa menjajakan diri tanpa ketahuan orang tua? Sebagian kecil orang tua sebenarnya sudah tahu perilaku anaknya, tapi dengan berbagai alasan mereka diam saja. Tapi berdasarkan penelitian kami, sebagian besar para orang tua tahu kalau anaknya telah menjadi PSK. “Anak-anak ini punya trik khusus untuk meyakinkan para orangtua agar diberi izin tak pulang ke rumah usai bubaran jam sekolah. Misalnya, si A meminta temannya, si B dan si C menelepon orangtua si A, memberitahukan bahwa si A dan mereka pulang terlambat karena ada tambahan les, atau ada kelas tambahan. ’Mama, ada les tambahan’ kata mereka. Karena yang mempermisikan teman-temannya, makanya para orangtua percaya,” jelasnya.

Karena masih ’dibatasi’ oleh orangtua, makanya jam terbang pelacur ABG ini juga terbatas. Semua yang mereka lakukan usai jam sekolah usai. Ada yang bertransaksi langsung dengan tubang di sekitar sekolah, atau sudah janjian terlebih dahulu ketemu di suatu tempat, biasanya hotel. “Atau langsung dibawa temannya yang menjadi germo, langsung ke tempat para tubang,” tambahnya.

Wartawan koran ini yang selama dua pekan menelusuri aktivitas pelacuran siswa SMA dan SMP ini menemukan, waktu bertubang para ABG ini sangat singkat, rata-rata antara 3-4 jam. Itu pun tidak setiap hari, hanya beberapa saja yang setiap hari bertubang, sebagian besar rata-rata membatasi diri dua atau tiga empat hari saja. Untuk anak sekolah yang masuk pagi, biasanya waktu bertubang mulai pukul 15.00 hingga pukul 18.00. Sedangkan yang masuk siang, jam bertubangnya mulai pukul 18.00 hingga pukul 21.00.

Bagi yang belum dikenal jaringan germo pelacur ABG ini, sangat sulit mengakses aktivitas mereka. Umumnya mereka sangat safety dalam menjajakan diri, tidak sembarangan orang mereka terima, kecuali setelah diyakini benar-benar bersih, maksudnya benar-benar tubang, bukan ada maksud lainnya. Jika jaringan germo ini telah percaya, maka siap-siaplah menerima dering telpon ’tanpa’ henti. Tawaran bertubi-tubi akan disampaikan para germo, atau dari para ABG-nya langsung.

PKPA juga telah memetakan sejumlah sekolah yang jadi basis para pelacur ABG di Medan. Sebenarnya sebagian dari sekolah ini, telah menjadi rahasia umum warga Kota Medan, terutama yang doyan ’daun muda’. Di antaranya dua lokasi di Jalan SM Raja, satu lokasi di Jalan STM. Kemudian, satu lokasi di Jalan Gedung Arca, satu lokasi di Jalan Brigjen Zein Hamid, satu lokasi di Jalan Cik Di Tiro, dua lokasi di Jalan Yos Sudarso, satu lokasi di Jalan Imam Bonjol. Selanjutnya, satu lokasi di Jalan Gajah Mada, dua lokasi di Jalan Letda Sujono, dan satu lokasi di kawasan Belawan kota. Wartawan koran ini menemukan dua lokasi sekolah di kawasan Tembung, ternyata juga ’memiliki’ pelacur ABG.

Jika tak ada order dari germo atau tubang, anak-anak ABG ini mencari langsung para mangsanya. Umumnya mereka mendatangi tempat-tempat keramaian yang telah diketahui banyak orang sebagai ’pangkalan’. “Di antaranya, pusat perbelanjaan, kafe, restoran lesehan, kos-kosan, tempat biliar, dan sejumlah taman di Medan,” pungkas Sofyan.

Siapa ’penikmat’ pelacur SMP dan SMA? Banyak kalangan, tentu saja yang berkantong tebal dan ingin sensasi lebih dan berbeda. Memakai istilah, Ahmad Sofyan, penikmat pelacur SMP-SMA adalah penggiat seks dari kalangan eksekutif muda. Sofyan bilang, berdasarkan penelitian mereka rata-rata tubang yang menikmati jasa pelacur SMP dan SMA adalah pria mapan secara usia dan ekonomi. “Rata-rata laki-laki usia 35 ke atas,” katanya.
Menurutnya meski kurang pengalaman, namun banyak penggiat seks yang terobsesi bercinta dengan ABG belasan tahun. “Ada yang mengganggap bercinta dengan ABG, apalagi perawan merupakan bagian ritual untuk kesuksesan hidup, awet muda, dan melancarkan bisnis. Berdasarkan penelitian kami, sebagian besar pemakai jasa anak-anak ini berasal dari kalangan etnis tertentu,” jelasnya.

Selain alasan ritual yang di luar logika, alasan para penggiat seks penikmat servis para ABG adalah soal sensasi. “Beberapa tubang yang kami teliti mengatakan, bercinta dengan anak SMP atau SMA tidak repot. Umumnya anak-anak ini tidak menuntut safety yang macam-macam dan mudah diarahkan. Anak-anak ini tidak pernah protes atau rebut bila tubangnya tak memakai kondom,” sebutnya.

Ditanya informasi pelacuran anak sekolah melalui jejaring internet, Sofyan bilang, sejauh ini pihaknya belum menemukannya. “Di Medan sangat terbuka, tanpa internet juga gampang mendapatkannya,” pungkasnya. (her)

RASULULLAH SAW TELADAN

Siapakah Mereka yang Meneladani Rasulullah?

Hudzaifah.org - Hamba-hamba Allah yang dimuliakan oleh Allah SWT, insya Allah, fiddunya wal akhirah. Perhatikanlah surat Al Ahzab ayat 21,

"Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu uswatun hasanah (suri teladan) yang baik bagimu..." (QS. Al Ahzab: 21)


Subhanallah. Inilah makhluk yang Allah pilih untuk menjadi teladan bagi seluruh makhluk. Khotamul anbiyyaa iwalmursaliin, penutup ajaran para rasul para anbiya. Abdul musthofa, hai Nabi Muhammad SAW.

Siapa yang menjadikan beliau sebagai teladan? Lanjutkan surat Al Ahzab ayat 21 ini.

"Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu, (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah." (QS. Al Ahzab: 21).

Yang pertama, yang menjadikan Rasulullah sebagai teladan adalah mereka yang benar-benar mencari keridhoan Allah, mereka yang merindukan rahmat Allah. Maka siapapun yang ingin diridhoi oleh Allah dalam hidupnya, ingin disayangi dan dicintai oleh Allah, maka ikutilah Rasulullah SAW. Jadikan beliau sebagai teladan dalam hidup.

Beliau lapar beliau makan, cara makan beliau kita contoh. Beliau minum, kita contoh cara minum beliau. Beliau pun nikah, cara nikah beliau, cara hidup berkeluarga beliau, cara sholat beliau (kita contoh). Subhanallah, segala aktivitas beliau dipersiapkan oleh Allah untuk menjadi teladan bagi kita semua.

Sehingga Allah pun memuji beliau, "Sesungguhnya engkau (Muhammad) memiliki budi pekerti yang sangat agung" (QS. Al Mulk: 4). Subhanallah.

Yang kedua, mereka yang menjadikan Rasulullah SAW sebagai suri teladan adalah mereka yang benar-benar beriman kepada hari akhirat. Keimanannya kepada Allah, keimanannya kepada hari akhirat, ia ingin selamat di dunia ini, dan ia ingin selamat kelak di akhirat, karena itu ia mencontoh Rasulullah SAW.

Semakin kuat keimanannya kepada Allah dan hari akhirat, semakin mulia akhlaqnya, otomatis. Tapi sebaliknya mereka yang tidak beriman kepada Allah, tidak yakin ada hari akhirat, akhlaqnya akan buruk. Yang dia contoh bukan Rasulullah SAW.

Kemudian, yang ketiga, siapa yang menjadikan Rasulullah SAW menjadi suri teladan? Yaitu adalah hamba Allah yang sangat banyak dzikirnya kepada Allah SWT. Sebagaimana Rasulullah SAW.

Aisyah RA berkata, "Sungguh Rasulullah SAW berdzikir dalam setiap kesempatan."

Maka siapapun yang merindukan keridhoan Allah, merindukan rahmat Allah, beriman kepada hari akhirat, dan ingin bahagia dunia akhirat, maka hendaklah ia terus-menerus berdzikir. Sebagaimana Rasulullah SAW berdzikir. Maka mereka yang berdzikir, adalah mereka yang meneladani Rasulullah SAW. Sendiri atau bersama, di manapun, kapan pun, bagaimana pun, yang pasti ia selalu berdzikir kepada Allah.

Subhanakallahumma wabihamdika asyhaduallaailaahailla anta astaghfiruka wa atubuilaik. Wassalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

MENELADANI RASULULLAH S.A.W

Assalamualaikum,

Segala puji hanya milik Allah, dan solawat dan salam kepada Rasulullah saw beserta keluarganya dan sahabat-sahabatnya dan orang-orang yang mengikutinya sampai hari pembalasan… selanjutnya:

Allah SWT berfirman:

"Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri tauladan yang baik bagimu (iaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan Dia banyak menyebut Allah". (QS Al-Ahzab:21)

Ketika Allah SWT mengutus Rasul-Nya -saw-, maka bersatu suku-suku kaum yang telah berpecah belah, lenyap permusuhan antara kabilah dan kelompok serta suku kaum, dan ditetapkan batasan-batasan dan hukum-hukum dalam berperang, meletakkan dasar-dasar akhlak, menyempurnakan nilai-nilai kemuliaannya sehingga terbentuk darinya umat yang dibangun oleh dasar-dasar kebebasan, menegakkan kebenaran, keadilan dan persamaan antara sesama manusia, tanpa perbezaan warna, jantina, kelas atau tingkatan.

Tidak akan tegak suatu umat kecuali kerana kebaikan yang dilakukan pada masa awal dan akhirnya, sebagaimana tidak akan berdiri suatu umat kecuali dengan meneladani Rasulullah saw.

Oleh kerana itu, umat Islam harus mempelajari sirah Nabi saw, sehingga mereka dapat menerapkan nilai-nilainya dan pelajarannya dalam diri mereka dan membuat mereka menjadi ikutan bagi manusia dalam istiqamah dan kebaikan sejarah hidup mereka, lurus jalan hidupnya melalui dakwah mereka dalam melakukan reformasi.

Sehingga itu semua; Nabi saw kembali menjadi cahaya yang terang benderang dan mengusir kegelapan kehidupan mereka, serta memberikan hawa sejuk dan kehangatan ke dalam hati, fikiran dan perilaku.

Sebagaimana -dengan itu pula- masyarakat Islam akan dapat mengembalikan integritinya, istiqamahnya dan keteladanannya serta kembali mampu berada di bahagian hadapan dalam kepemimpinan di seluruh bangsa di dunia, sebagimana firman Allah SWT:

"Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma'ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah.". (QS Ali Imran:110)

Bahwasanya krisis yang paling serius yang terjadi pada saat ini adalah krisis keteladanan; keteladanan yang baik dan soleh di tahap masyarakat dan bangsa, bukan hanya pada tahap individu, kerana –alhamdulillah- kita mempunyai peribadi teladan, namun bangsa tidak dapat berubah oleh individu yang kecil, melainkan nasib bangsa-bangsa memerlukan perubahan kolektif dan kerja secara kolektif, dan jika terjadi kekosongan yang panjang dalam masalah ini, maka akan menjadi ancaman krisis bagi seluruh dunia bahkan akan runtuh kehidupan bangsanya dan mengalami kegagalan sistem yang ada dan pada akhirnya akan berpaling dari Allah SWT.

Wahai Ikhwanul Muslimin…

Wahai umat Islam seluruhnya…

Sesungguhnya umat Islam ketika ini sangat perlu untuk mengingati sirah dan mengenang perjalanan hidup nabi Muhammad saw yang telah menanggung beban menghadapi berbagai ujian, celaan dan siksaan, sabar dalam meniti jalan yang berat dan penuh onak dan duri demi tegaknya ajaran Islam dan terbangunnya jati diri dan umat yang mulia sehingga mereka menjadi teladan yang baik secara nyata, menghilangkan "wahm"(keraguan) dalam jiwa mereka dan menghancurkan kewenangan dan ketidakadilan di negara mereka.

Setiap muslim dan muslimah memiliki kewajiban untuk meneladani Rasulullah saw dalam berbagai aspek kehidupan mereka, kerana perkara tersebut merupakan satu-satunya jalan untuk mencapai keamanan dan kebahagiaan di dunia serta keberuntungan dan nikmat di akhirat.

Meneladani Rasulullah saw dapat ditinjau dari berbagai sudut:

1. Ibadah: Bahwa beliau adalah orang yang paling tahu dan mengenal Allah, orang yang paling takut dan bertaqwa, namun beliau orang yang kadang-kadang berpuasa dan kadang-kadang berbuka, tidur dan bangun serta menggauli wanita (isteri) dengan baik, namun tidak mempengaruhi keadaan beliau sebagai orang yang paling banyak beribadah.

2. Berinteraksi dengan tetangga: Nabi saw bersabda:

"Jibril selalu mewasiatkan kepada saya tentang tetangga sampai aku menyangka bahwa tetangga mendapat hak warisan". (Muttafaq alaih)

3. Berinteraksi dengan sesama manusia: Beliau kadang-kadang menjual dan membeli, sangat sopan jika menjual dan sangat ramah jika membeli, ramah ketika memutuskan hukum dan ramah pula saat menuntut hukuman.

4. Akhlaq dan perilaku secara umum: Nabi saw adalah sebaik-baik manusia dalam berakhlaq dan beretika, orang yang paling mulia dan paling bertaqwa dalam berinteraksi. Allah berfirman sambil memuji nabi saw:

"Sungguh dalam dirimu terdapat akhlaq yang mulia". (QS Al-Qalam:4)
Dan Aisyah pernah berkata ketika ditanya kepadanya tentang akhlaq nabi saw, beliau berkata:

"Akhlaq nabi adalah Al-Qur'an". (HR Muslim)

5. Damai dan Perang serta selalu menghormati dan memenuhi janji: "Rasulullah saw masuk ke kota Madinah dengan mengangkat bendera perdamaian.

Ketika masuk kota Madinah beliau berkata:

"Wahai sekelian manusia, tebarkanlah salam, berilah makan, solat malamlah ketika orang lain tidur lelap niscaya masuk syurga dengan selamat". (HR Tirmidzi dari Abdullah bin Salam),

Dan ketika memasuki kota Makkah setelah berhasil menaklukkannya, beliau berkata kepada orang yang memusuhi dan memeranginya:

"Pergilah kamu, hari ini kamu bebas".

Demi Allah, Sungguh sangat menakjubkan sejarah hidupmu, wahai Rasulullah. Sungguh agung perilaku dan akhlakmu, sehingga semua itu adalah madrasah Ilahiyah bagi setiap pemimpin, bagi setiap presiden, bagi setiap penguasa, bagi setiap komandan, bagi setiap hakim, bagi setiap ahli politik, bagi setiap guru, bagi setiap pasangan suami isteri, bagi setiap ibubapa.

Engkau adalah suri tauladan yang sempurna bagi seluruh manusia, dan bagi setiap yang menginginkan kesempurnaan dalam berbagai bentuk dan manifestasi, segala puji bagi Allah yang telah memberikan nikmat kepada Nabi Muhammad saw untuk kami semua, dan segala puji bagi Allah yang telah memberikan nikmat kepada mu untuk umat manusia seluruhnya.

Umat Islam memperingati sirah Rasulullah saw setiap hari
Kita memperingati sirah dan kehidupan Rasulullah saw bukan sehari dalam sebulan, namun kita melakukannya setiap hari dan bukan sekali dalam sehari dalam satu hari namun puluhan kali; ketika ada seruan dan ajakan kepada solat, dunia seluruhnya menjawab seruan azan; aku bersaksi bahwa Muhammad utusan Allah. Setiap kali bertasyahud dalam solat, seorang muslim seakan-akan bertemu Rasulullah saw dengan mengucapkan salam: "Assalamu'alaika Ayyuhan nabi", seakan-akan mengunjunginya secara maknawi dan bertemu dengannya, menyambut dan melahirkan rasa sukacita kepadanya.

Manusia cenderung terjerumus ke lembah kehancuran

Bagi para pemerhati situasi dunia ketika ini akan melihat bahwa ramai manusia yang cenderung kepada hawa nafsu yang menghinakan seakan-akan datang kepada semua orang dan hampir semuanya, dan dunia kini dibahagikan menjadi dua kelompok:

1. Kelompok pertama ialah yang mempunyai kekuatan di mana dengan taringnya ingin mendominasi pihak lain dan memaksakan kehendak dari apa yang mereka inginkan, membuat perjanjian yang menjadi sebab untuk merampas sumber semulajadi alam mereka dan menjadikan diri mereka sebagai pemimpin mereka, dan selanjutnya mencegah mereka dari kebebasan dan kedaulatan di atas tanah mereka serta kebebasan melakukan tindakan dari potensi yang mereka miliki. Selain itu mereka juga menyalakan api peperangan yang mereka istilahkan sebagai tindakan preventif, hanya untuk mengamankan dan melancarkan kepentingan mereka sendiri, membatasi kebebasan dan kemerdekaan warga yang bergolak dalam diri mereka untuk melakukan penentangan terhadap ketidakadilan, mengembalikan hak-hak dan kebebasan bangsa serta menolak penjajahan.

Bahkan, mereka tidak melakukan itu sahaja, namun mereka juga menghidupkan api peperangan antara anak-anak bangsa dalam satu negara (perang saudara), sehingga anak bangsa tersebut meminta perlindungan dan bantuan kepada mereka dan bergantung kepada pertolongan mereka.

2. Kelompok kedua adalah kelompok yang lemah dan dihinakan kerana kemiskinan dan kebodohan, dibutakan oleh penyakit, dan kelemahannya kian terus bertambah oleh adanya pemerintah kuku besi yang membatasi kebebasan dan menurunkan berbagai macam warna dari ketidakadilan, menutup berbagai segi mata pencarian dan enggan melakukan pembaikan kecuali harus tunduk pada kekuasaannya, menguasai segala potensi yang dimiliki, menghisap apa yang tersisa dari darahnya, melakukan penganiayaan hingga ke noktah yang maksima sehingga menuju ke puncak penyiksaan di saat adanya usaha-usaha tindakbalas rakyat yang tertindas dan tertekan, berteriak kesakitan atau meminta pertolongan.

Situasi yang suram ini telah menjadi lumrah di sebahagian besar masyarakat di negara Islam di seluruh dunia ketiga yang hidup di bawah tingkat kemiskinan, pengangguran di semua kelompok masyarakat, penyakit yang bermaharajalela, ubat-ubatan yang mahal dan sukar didapati sehingga jika dijumpai sekalipun, tidak mampu untuk membelinya, terjadi rasuah dalam pendidikan dan pemerintahan, dan tersebarnya aktiviti penyuapan dan sikap pilih kasih, sikap ego, menyebar kejahatan dalam berbagai strata masyarakat, sehingga pemerintah yang memimpin suatu negara hanya menyibukkan diri untuk menyelesaikan permasalahan ini dan sebahagian mereka ada yang melakukan sekatan terhadap para generasi kebangkitan Islam yang berusaha ingin memperbaiki keadaan masyarakat dan melakukan kebangkitan serta menghalang musuh-musuhnya dari Zionis dan para agennya.

Musuh takut terhadap nyalaan api keimanan

Perkara ini seharusya difahami, bahwa musuh sangat menyedari bahwa rahsia kekuatan umat dan bangsa terletak pada kekuatan iman dan cinta kepada jihad dan syahadah di jalan Allah; oleh kerana itu perkara pertama yang mereka lakukan adalah memusnahkan nyalaan api iman dan mengerahkan segala potensi yang mereka miliki dan bekerjasama dengan agen-agen mereka untuk mewujudkan impian mereka, namun Allah menghinakan tipu daya mereka dan memperkukuh umat sesuai dengan fitrahnya dan menyambutnya setiap kali ada seruan jihad dan syahadah…

"Mereka ingin memadamkan cahaya Allah melalui mulut-mulut mereka dan Allah yang menyempurnakan cahaya-Nya sekalipun orang-orang kafir tidak menyukainya" . (QS As-Shaff:8)

Nabi Muhammad saw pembawa rahmat bagi semesta alam

Allah telah mengutus Rasulullah saw membawa rahmat bagi semesta alam, bagi siapa yang mengikutinya akan mendapat keberuntungan di dunia dan di akhirat ..

"Dan tidaklah Kami mengutusmu kecuali untuk memberi rahmat bagi semesta alam" (QS Al-Anbiya:107)

Dan Nabi saw sendiri bersabda:

"Sesungguhnya Aku diutus untuk membawa rahmat".

Di bawah naungan syariah Rasulullah saw, seluruh manusia menikmati kebebasan, keadilan dan persamaan serta memberikan kasih sayang bagi manusia yang ditimpa penderitaan, ketidakadilan dan ketakutan yang dilakukan oleh para penentangnya yang tidak hanya menolak hadiah kasih sayang tersebut, namun lebih dari itu adalah menyatakan api peperangan terhadap syariat langit dan merendah-rendahkan dan menjauhkan diri dari kurnia, rahmat, kenikmatan dan nasihat serta cahaya yang terang benderang. Sungguh rugi umat manusia yang seperti itu! .. betapa sengsaranya apa yang dilakukan oleh manusia seperti itu; kesengsaraan dan penderitaan, sekiranya mereka tetap berada dalam keadaan seperti itu dan tidak mahu menyambut seruan Allah dan Rasul-Nya…!!

"Dan Barangsiapa berpaling dari peringatan-Ku, Maka Sesungguhnya baginya penghidupan yang sempit, dan Kami akan menghimpunkannya pada hari kiamat dalam Keadaan buta". (QS Thaha:124)

Darah para syuhada adalah simbol kesedaran umat

Wahai umat Islam..

Janganlah kamu merasa bangga dengan darah yang mengalir di jalan untuk membela kebenaran dan melakukan penentangan terhadap penjajahan, begitu pula dengan pengorbanan yang diberikan dalam menghentikan kerosakan moral, sosial dan ekonomi kerana yang demikian itu adalah kecil kalau hendak dibandingkan dengan tujuan yang sangat mulia dan ganjaran yang besar yang menanti.

Maka dari itu, berjihadlah wahai umat Islam, kerana yang demikian itu merupakan perniagaan yang dapat menyelamatkan diri dari azab Allah, mendekatkan diri dari nikmat Allah serta usaha mewujudkan pertolongan Allah:

"Hai orang-orang yang beriman, sukakah kamu aku tunjukkan suatu perniagaan yang dapat menyelamatkanmu dari azab yang pedih? (iaitu) kamu beriman kepada Allah dan Rasul-Nya dan berjihad di jalan Allah dengan harta dan jiwamu. Itulah yang lebih baik bagimu, jika kamu mengetahui. Niscaya Allah akan mengampuni dosa-dosamu dan memasukkanmu ke dalam syurga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai; dan (memasukkan kamu) ke tempat tinggal yang baik di dalam syurga `Adn. Itulah keberuntungan yang besar. Dan (ada lagi) kurnia yang lain yang kamu sukai (iaitu) pertolongan dari Allah dan kemenangan yang dekat (waktunya). dan sampaikanlah berita gembira kepada orang-orang yang beriman. (QS As-Shaff:10- 13)

Perbaikilah dirimu terlebih dahulu lalu serulah orang lain

Bahwa tugas kita - sebagai umat Islam - selama di tangan ada cahaya yang terang dan sebotol ubat untuk dapat mengubati diri dan menyeru orang lain dan kita Ikhwanul Muslimin, perkara pertama yang dituju dalam pembinaannya adalah mendidik diri terlebih dahulu, memperbaharui ruh, memperteguh dan memperkukuhkan akhlak serta menumbuhkan keberanian yang lurus dalam jiwa-jiwa umat, dan mereka meyakini bahwa perkara tersebut merupakan titik awal yang akan mampu membangun kebangkitan umat dan bangsa.

Jika kita berhasil maka itulah yang kita inginkan, namun jika tidak maka kita serahkan seluruhnya kepada Allah dan kita telah menyampaikan risalah, menunaikan amanah dan kita menginginkan kebaikan untuk manusia dan kita tidak putus asa melakukan pembaikan atau berhenti dalam menyebarkan risalah Rasulullah saw sehingga tidak memiliki sama sekali pengaruh, namun dengan pengorbanan yang besar dan darah yang banyak, cukuplah bagi para pembawa risalah mendapatkan faktor-faktor keberhasilan. Dengannya mereka beriman, sehingga mengikhlaskan diri dalam berjuang dan di jalannya mereka berjihad, sementara waktu telah menunggunya dan dunia selalu memantaunya…

"… Allah serta Rasul-Nya akan melihat pekerjaanmu, kemudian kamu dikembalikan kepada yang mengetahui yang ghaib dan yang nyata, lalu Dia memberitahukan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan". (QS At-Taubah:94)

Dan segala puji hanya milik Allah, Tuhan semesta alam.

Muhammad Mahdi Akif
( Murshidul Am IM)



KH. HASYIM ASY'ARIE

KH. HASYIM ASYARIE
Riwayat Hidup dan Pemikirannya dalam Bidang Pendidikan

Abstrak
Sosok ulama yang satu ini sudah begitu akrab di telinga umat Islam Indonesia khususnya, karena beliau merupakan pendiri organisasi Islam terbesar di Indonesia, Nahdlatul Ulama. Akan tetapi ketokohan dan keharuman nama beliau bukan hanya karena aktivitas dakwah beliau sebagai pendiri NU, melainkan juga karena beliau termasuk pemikir dan pembaharu Pendidikan Islam. Dilahirkan dari keluarga elit kiai di Jombang, K.H.M.Hasyim Asy’ari pernah belajar di berbagai pesantren di Jawa sebelum melanjutkan pendidikan ke tanah Hijaz. Kemudian kembali ke Indonesia dan mendirikan pesantren Tebuireng Jombang yang terkenal dengan ilmu haditsnya. Kedalaman ilmu, dan pemikirannya dalam pendidikan sangat brilian, sampai-sampai para kiai di Jawa memberinya gelar “Hadratus Syekh” yang berarti “Tuan Guru Besar”.

Kata kunci: K. H. Hasyim Asy’ari sebagai tokoh NU, pemikirannya, bidang pendidikan.

A. Pendahuluan
Sejak pertengahan abad ke-19, telah banyak para kawula muda Indonesia yang belajar di Mekkah dan Madinah, untuk menekuni agama Islam. Di pusat-pusat studi di Timur Tengah, terutama di Mekkah, banyak bertebaran berbagai literatur ke-Islaman. Realitas ini amat memungkinkan bagi mereka yang belajar di sana, untuk mencapai tingkat pengetahuan yang lebih luas serta pandangan yang lebih terbuka mengenai sosok Islam.
Di antara mereka yang berhasil gemilang di dalam mengkaji Islam adalah Syekh Nawawi al Bantani dari Banten Jawa Barat, Syekh Mahfudz Attarmisi dari Pacitan Jawa Timur, serta Syekh Ahmad Chatib Sambas dari Kalimantan. Kesuksesan mereka ini ditandai dengan kedalaman ilmu yang mereka miliki, yang bukan saja diakui oleh masyarakat Tanah Suci Mekkah melainkan juga diakui oleh masyarakat Arab pada umumnya.[1]
Generasi berikutnya yang juga merupakan murid langsung dari mereka itu antara lain. Muhammad Hasyim Asy’ari. Hasyim Asy’ari yang haus akan ilmu pengetahuan, belajar dari pesantren ke pesantren di daerah Jawa, dan terus belajar ke Mekkah kurang lebih 7 tahun. Zamakhsyari Dhofier melukiskan pribadi Hasyim Asy’ari sebagai seorang yang memiliki kedalaman ilmu secara luar biasa, sehingga para kiai di Jawa lebih suka menyebutnya Hadratus Syekh yang berarti “Tuan Guru Besar” melalui tangan Hadratus Syekh inilah lahir ulama-ulama terkemuka di Jawa yang nyaris seluruhnya menjadi pendiri dan pengasuh pesantren di daerahnya masing-masing.
Hasyim Asy’ari adalah seorang kiai yang pemikiran dan sepak terjangnya berpengaruh dari Aceh sampai Maluku, bahkan sampai ke Melayu. Santri-santri ada yang dari Ambon, Sulawesi, Kalimantan, Sumatera dan Aceh, bahkan ada beberapa orang dari Kuala Lumpur. Beliau terkenal orang yang alim dan adil, selalu mencari kebenaran, baik kebenaran dunia maupun kebenaran akhirat. Semasa hidupnya beliau diberi kedudukan sebagai Rais Akbar NU, suatu jabatan yang hanya diberikan kepada Hasyim Asy’ari satu-satunya. Bagi ulama lain yang menjabat jabatan tersebut, tidak lagi menyandang sebutan Rais Akbar melainkan Rais Am. Hal ini karena ulama lain yang menggantikannya merasa lebih rendah dibandingkan Hasyim Asy’ari.[2]
Pemikiran Hasyim Asy’ari dalam bidang Pendidikan lebih banyak ditinjau dari segi etika dalam pendidikan. Etika dalam pendidikan banyak diungkapkan oleh Imam Al-Ghazali dalam Ihya Ulumiddin pada Bagian adab kesopanan pelajar dan pengajar. Dalam dunia pendidikan sekarang, banyak disinggung dalam kaitannya dengan prinsip-prinsip pelaksanaan pendidikan. dan para ahli psikologi pendidikan, menyinggungnya dalam kepribadian yang efektif bagi pelajar dan mengajar.
Di antara adab pelajar menurut Al-Ghazali adalah: mendahulukan kesucian batin dari kerendahan budi dan sifat-sifat tercela, jangan menyombongkan diri dan jangan menentang guru, memulai belajar dalam bidang ilmu yang lebih penting, dan menghiasi diri dengan sifat-sifat utama. Sedangkan di antara adab seorang pengajar adalah: memulai pelajaran dengan basmalah, mempunyai rasa belas-kasihan kepada murid-murid dan memperlakukannya sebagai anak sendiri, mengikuti jejak Rasul, mengajar bukan untuk mencari upah tetapi semata-mata karena ibadah pada Allah, mengamalkan sepanjang ilmunya, jangan perkataannya membohongi perbuatannya.[3]
Pemikiran Hasyim Asy’ari sendiri dalam hal ini boleh jadi diwarnai dengan keahliannya dalam bidang hadits, dan pemikirannya dalam bidang tasawuf dan fiqh. Serta didorong pula oleh situasi pendidikan yang ada pada saat itu, yang mulai mengalami perubahan dan perkembangan yang pesat, dari kebiasaan lama (tradisonal) yang sudah mapan ke dalam bentuk baru (modern) akibat pengaruh sistem pendidikan Barat (Imperialis Belanda) yang diterapkan di Indonesia.

B. Riwayat Hidup K.H.Muhammad Hasyim Asy’ari

Hasyim Asy’ari lahir di desa Nggedang sekitar dua kilometer sebelah Timur Kabupaten Jombang, Jawa Timur. Pada hari Selasa kliwon, tanggal 24 Dzulhijjah 1287 atau bertepatan tanggal 14 Pebruari 1871 M. Nama lengkapnya adalah Muhammad Hasyim ibn Asy’ari ibn Abd. Al Wahid ibn Abd. Al Halim yang mempunyai gelar Pangeran Bona ibn Abd. Al Rahman Ibn Abd. Al Aziz Abd. Al Fatah ibn Maulana Ushak dari Raden Ain al Yaqin yang disebut dengan Sunan Giri.[4] Dipercaya pula bahwa mereka adalah keturunan raja Muslim Jawa, Jaka Tinggir dan raja Hindu Majapahit, Brawijaya VI. Jadi Hasyim Asy’ari juga dipercaya keturunan dari keluarga bangsawan.[5]
Ibunya, Halimah adalah putri dari kiai Ustman, guru Asy’ari sewaktu mondok di pesantren. Jadi, ayah Hasyim adalah santri pandai yang mondok di kiai Ustman, hingga akhirnya karena kepandaian dan akhlak luhur yang dimiliki, ia diambil menjadi menantu dan dinikahkan dengan Halimah. Sementara kiai Ustman sendiri adalah kiai terkenal dan juga pendiri pesantren Gedang yang didirikannya pada akhir abad ke-19. Hasyim Asy’ari adalah anak ketiga dari sepuluh bersaudara, yaitu Nafiah, Ahmad Saleh, Radiah, Hassan, Anis, Fatanah, Maimunah, Maksum, Nahrawi, dan Adnan.
Dari lingkungan pesantren inilah Hasyim Asy’ari mendapat didikan awal tentang berbagai hal yang berkaitan dengan ke-Islaman. Hingga usia lima tahun, Hasyim mendapat tempaan dan asuhan orangtua dan kakeknya di pesantren Gedang. Mula-mula ia belajar pada ayahnya sendiri, lalu bergabung bersama santri lain untuk memperdalam ilmu agama dan pesantren itu para santri mengamalkan ajaran agama dan belajar berbagai cabang ilmu agama Islam.
Suasana ini tidak diragukan lagi mempengaruhi karakter Hasyim Asy’ari yang sederhana dan rajin belajar. Minat bacanya sangat tinggi, hingga yang dibaca bukan hanya buku-buku pelajaran dengan literatur-leteratur Islam, tetapi juga buku-buku lain dan umum.
Pada tahun 1876, ketika Hasyim Asy’ari berumur 6 tahun, ayahnya mendirikan pesantren di sebelah Selatan Jombang, suatu pengalaman yang di masa mendatang mempengaruhi beliau untuk kemudian mendirikan pesantren sendiri. Dari sini dapat dilihat bahwa kehidupan masa kecilnya di lingkungan pesantren berperan besar dalam pembentukan wataknya yang haus ilmu pengetahuan dan kepeduliannya pada pelaksanaan ajaran-ajaran agama dengan baik.
Menurut penuturan ibunya, tanda kecerdasan dan ketokohan Hasyim Asy’ari sudah tampak saat ia masih berada dalam kandungan. Di samping masa kandung yang lebih lama dari umumnya kandungan, ibunya juga pernah bermimpi melihat bulan jatuh dari langit ke dalam kandungannya.[6] Mimpi tersebut kiranya bukanlah isapan jempol dan kembang tidur belaka, sebab ternyata tercatat dalam sejarah, bahwa pada usianya yang masih sangat muda, 13 tahun, Hasyim Asy’ari sudah berani menjadi guru pengganti (badal) di pesantren untuk mengajar santri-santri yang tidak jarang lebih tua dari umurnya sendiri. Serta di kemudian hari kita saksikan sepak terjang dan perjuangannya di berbagai bidang.
Pada usia muda Hasyim Asy’ari mulai melakukan pengembaraan ke berbagai pesantren di luar daerah Jombang. Pada awalnya, ia menjadi santri di pesantren Wonokojo di Probolinggo, kemudian berpindah ke pesantren Langitan, Tuban. Dari Langitan santri yang cerdas tersebut berpindah lagi ke pesantren Trenggilis, hingga pesantren Kademangan Bangkalan, di Madura sebuah pesantren yang diasuh kyai Khalil. Terakhir sebelum belajar ke Mekkah, ia sempat nyantri dan tinggal lama di pesantren Siwalan Panji, Sidoarjo, di bawah asuhan kiai Ya’qub, sampai akhirnya diambil menantu oleh kiai Ya’qub, dinikahkan dengan anaknya yang bernama Khadijah tahun 1892.
Tidak berapa lama kemudian ia beserta isteri dan mertuanya berangkat haji ke Mekkah yang dilanjutkan dengan belajar di sana. Modal pengetahuan agama selama nyantri di tanah air memudahkan Hasyim memahami pelajaran selama di Mekkah. Akan tetapi setelah isterinya meninggal karena melahirkan, menyebabkannya kembali ke tanah air.
Rasa haus yang tinggi akan ilmu pengetahuan membawa Hasyim Asy’ari berangkat lagi ke tanah suci Mekkah tahun berikutnya. Kali ini ia ditemani saudaranya Anis. Dan ia menetap di sana kurang lebih tujuh tahun dan berguru pada sejumlah ulama, di antaranya Syaikh Ahmad Amin al Aththar, Sayyid Sultan ibn Hasyim, Sayyid Abdullah al Zawawi, Syaikh Shaleh Bafadhal dan Syaikh Sultan Hasyim Dagastani.[7]
Minatnya begitu tinggi terhadap ilmu pengetahuan, terutama ilmu hadits dan tasawuf. Hal ini yang membuat Hasyim di kemudian hari senang mengajarkan hadits dan tasawuf. Pada masa-masa akhir di Mekkah beliau sempat memberikan pengajaran kepada orang lain yang memerlukan bimbingannya, dan ini yang menjadi bekal tersendri yang kemudian hari diteruskan setelah kembali ke tanah air.
Pada tahun 1899/1900 ia kembali ke Indonesia dan mengajar di pesantren ayahnya dan kakeknya, hingga berlangsung beberapa waktu. Masa berikutnya Hasyim menikah lagi dengan putri kiai Ramli dari Kemuning (Kediri) yang bernama Nafiah, setelah sekian lama menduda. Mulai itu beliau diminta membantu mengajar di pesantren mertuanya di Kemuning, baru kemudian mendirikan pesantren sendiri di daerah sekitar Cukir, pesantren Tebuireng di Jombang, pada tanggal 6 Pebruari 1906. Pesantren yang baru didirikan tersebut tidak berapa lama berkembang menjadi pesantren yang terkenal di Nusantara, dan menjadi tempat menggodok kader-kader ulama wilayah Jawa dan sekitarnya.
Sejak masih di pondok, ia telah dipercaya untuk membimbing dan mengajar santri baru. Ketika di Mekkah, ia juga sempat mengajar. Demikian pula ketika kembali ke tanah air, diabdikannya seluruh hidupnya untuk agama dan ilmu. Kehidupannya banyak tersita untuk para santrinya. Ia terkenal dengan disiplin waktu (istiqamah).
Tidak banyak para ulama dari kalangan tradisional yang menulis buku. Akan tetapi tidak demikian dengan Hasyim Asy’ari, tidak kurang dari sepuluh kitab disusunnya, antara lain:
1. Adab al Alim wa al Muta’allim fima Yahtaj ilah al Muta’alim fi Ahuwal Ta’allum wa ma Yataqaff al Mu’allim fi Maqamat Ta’limih.
2. Ziyadat Ta’liqat, Radda fiha Mandhumat al Syaikh “Abd Allah bin Yasin al Fasurani Allati Bihujubiha “ala Ahl Jam’iyyah Nahdhatul Ulama.
3. Al Tanbihat al Wajibat liman Yashna al Maulid al Munkarat
4. Al Risalat al Jamiat, Sharh fiha Ahmaal al Mauta wa Asirath al sa’at ma’bayan Mafhum al Sunnah wa al Bih’ah.
5. Al Nur al Mubin fi Mahabbah Sayyid al Mursalin, bain fihi Ma’na al Mahabbah Libasul Allah wa ma Yata’allaq biha Man Ittiba’iha wa Ihya al Sunnahih.
6. Hasyiyah ‘ala Fath al Rahman bi Syarth Risalat al Wali Ruslan li Syaikh al Islam Zakaria al Ansyari.
7. Al Duur al Muntasirah fi Masail al Tiss’I Asyrat, Sharth fiha Masalat al Thariqah wa al Wilayah wa ma Yata’allq bihima min al Umur al Muhimmah li ahl thariqah.
8. Al Ribyan fi al Nahy ‘an Muqathi’ah al Ihwan, bain fih Ahammiyat Shillat al Rahim wa Dhurrar qatha’iha.
9. Al Risalah al Tauhidiyah, wahiya Risalah Shaghirat fi Bayan ‘Aqidah Ahl Sunnah wa al Jamaah.
10. Al Walaid fi Bayan ma Yajib min al’Aqaid.
Di samping bergerak dalam dunia pendidikan, Hasyim Asy’ari menjadi perintis dan pendiri organisasi kemasyarakatan NU (Nahdhatul Ulama), sekaligus sebagai Rais Akbar. Pada bagian lain, ia juga bersikap konfrontatif terhadap penjajah Belanda. Ia, misalnya menolak menerima penghargaan dari pemerintah Belanda. Bahkan pada saat revolusi fisik, ia menyerukan jihad melawan penjajah dan menolak bekerja sama dengannya. Sementara pada masa penjajahan Jepang, ia sempat ditahan dan diasingkan ke Mojokerta.[8]
Hasyim Asy’ari meninggal pada tanggal 7 Ramadhan 1366 H bertepatan dengan 25 Juli 1947 M di Tebuireng Jombang dalam usia 79 tahun, karena tekanan darah tinggi. Hal ini terjadi setelah beliau mendengar berita dari Jenderal Sudirman dan Bung Tomo bahwa pasukan Belanda di bawah pimpinan Jenderal Spoor telah kembali ke Indonesia dan menang dalam pertempuran di Singosari (Malang) dengan meminta banyak korban dari rakyat biasa. Beliau sangat terkejut dengan peristiwa itu, sehingga terkena serangan stroke yang menyebabkan kematiannya.[9]

C. Pemikiran Hasyim Asy’ari Dalam Bidang Pendidikan

Hasyim Asy’ari yang dilahirkan dan dibesarkan dalam lingkungan pesantren, serta banyak menuntut ilmu dan berkecimpung secara langsung di dalamnya, di lingkungan pendidikan agama Islam khususnya. Dan semua yang dialami dan dirasakan beliau selama itu menjadi pengalaman dan mempengaruhi pola pikir dan pandangannya dalam masalah-masalah pendidikan.
Salah satu karya monumental Hasyim Asy’ari yang berbicara tentang pendidikan adalah kitabnya yang berjudul Adab al Alim wa al Muta’allim fima Yahtaj ilah al Muta’alim fi Ahuwal Ta’allum wama Yataqaff al Mu’allim fi Maqamat Ta’limih, namun dalam penulisan ini kami tidak menemukakan kitab aslinya dan akhirnya banyak mengambil dari tulisan Samsul Nizar dalam bukunya Filsafat Pendidikan Islam, dan buku-buku yang lain sebagai penunjang.
Pembahasan terhadap masalah pendidikan lebih beliau tekankan pada masalah etika dalam pendidikan, meski tidak menafikan beberapa aspek pendidikan lainnya. Di antara pemikiran beliau dalam masalah pendidikan adalah:
a. Signifikansi Pendidikan
Beliau menyebutkan bahwa tujuan utama ilmu pengetahan adalah mengamalkan. Hal itu dimaksudkan agar ilmu yang dimiliki menghasilkan manfaat sebagai bekal untuk kehidupan akhirat kelak. Terdapat dua hal yang harus diperhatikan dalam menuntut ilmu, yaitu : pertama, bagi murid hendaknya berniat suci dalam menuntut ilmu, jangan sekali-kali berniat untuk hal-hal duniawi dan jangan melecehkannya atau menyepelikannya. Kedua, bagi guru dalam mengajarkan ilmu hendaknya meluruskan niatnya terlebih dahulu, tidak mengharapkan materi semata. Agaknya pemikiran beliau tentang hal tersebut di atas, dipengaruhi oleh pandangannya akan masalah sufisme (tasawuf), yaitu salah satu persyaratan bagi siapa saja yang mengikuti jalan sufi menurut beliau adalah “niat yang baik dan lurus”.
Belajar menurut Hasyim Asy’ari merupakan ibadah untuk mencari ridha Allah, yang mengantarkan manusia untuk memperoleh kebahagiaan dunia dan akhirat. Karenanya belajar harus diniatkan untuk mengembangkan dan melestarikan nilai-nilai Islam, bukan hanya untuk sekedar menghilangkan kebodohan.[10]
Pendidikan hendaknya mampu menghantarkan umat manusia menuju kemaslahatan, menuju kebahagiaan dunia dan akhirat. Pendidikan hendaknya mampu mengembangkan serta melestarikan nilai-nilai kebajikan dan norma-norma Islam kepada generasi penerus umat, dan penerus bangsa. Umat Islam harus maju dan jangan mau dibodohi oleh orang lain, umat Islam harus berjalan sesuai dengan nilai dan norma-norma Islam.
b. Tugas dan Tanggung Jawab Murid
1) Etika yang harus diperhatikan dalam belajar
- Membersihkan hati dari berbagai gangguan keimanan dan keduniaan
- Membersihkan niat, tidak menunda-nunda kesempatan belajar, bersabar dan qanaah
- Pandai mengatur waktu
- Menyederhanakan makan dan minum
- Berhati-hati (wara’)
- Menghindari kemalasan
- Menyedikitkan waktu tidur selagi tidak merusak kesehatan
- Meninggalkan hal-hal yang kurang berfaedah.[11]
Dalam hal ini terlihat, bahwa Hasyim Asy’ari lebih menekankan kepada pendidikan ruhani atau pendidikan jiwa, meski demikian pendidikan jasmani tetap diperhatikan, khususnya bagaimana mengatur makan, minum, tidur dan sebagainya. Makan dan minum tidak perlu terlalu banyak dan sederhana, seperti anjuran Rasulullah Muhammad saw. Serta jangan banyak tidur, dan jangan suka bermalas-malasan. Banyakkan waktu untuk belajar dan menuntut ilmu pengetahuan, isi hari-hari dan waktu yang ada dengan hal-hal yang bermanfaat.
2) Etika seorang murid terhadap guru
- Hendaknya selalu memperhatikan dan mendengarkan guru
- Memilih guru yang wara’
- Mengikuti jejak guru
- Memuliakan dan memperhatikan hak guru
- Bersabar terdapat kekerasan guru
- Berkunjung pada guru pada tempatnya dan minta izin lebih dulu
- Duduk dengan rapi bila berhadapan dengan guru
- Berbicara dengan sopan dan lembut dengan guru
- Dengarkan segala fatwa guru dan jangan menyela pembicaraannya
- Gunakan anggota kanan bila menyerahkan sesuatu pada guru.[12]
Etika seperti tersebut di atas, masih banyak dijumpai pada pendidikan pesantren sekarang ini, akan tetapi etika seperti itu sangat langka di tengah budaya kosmopolit. Di tengah-tengah pergaulan sekarang, guru dipandang sebagai teman biasa oleh murid-murid, dan tidak malu-malu mereka berbicara lebih nyaring dari gurunya. Terlihat pula pemikiran yang ditawarkan oleh Hasyim Asy’ari lebih maju. Hal ini, misalnya terlihat dalam memilih guru hendaknya yang profesional, memperhatikan hak-hak guru, dan sebagainya.
3) Etika murid terhadap pelajaran
- Memperhatikan ilmu yang bersifat fardhu ‘ain
- Berhati-hati dalam menanggapi ikhtilaf para ulama
- Mendiskusikan dan menyetorkan hasil belajar pada orang yang dipercaya
- Senantiasa menganalisa dan menyimak ilmu
- Bila terdapat hal-hal yang belum dipahami hendaknya ditanyakan
- Pancangkan cita-cita yang tinggi
- Kemanapun pergi dan dimanapun berada jangan lupa membawa catatan
- Pelajari pelajaran yang telah dipelajari dengan continue (istiqamah)
- Tanamkan rasa antusias dalam belajar.[13]
Penjelasan tersebut di atas seakan memperlihatkan akan sistem pendidikan di pesantren yang selama ini terlihat kolot, hanya terjadi komunikasi satu arah, guru satu-satunya sumber pengajaran, dan murid hanya sebagai obyek yang hanya berhak duduk, dengar, catat dan hafal (DDCH) apa yang dikatakan guru. Namun pemikiran yang ditawarkan oleh Hasyim Asy’ari lebih terbuka, inovatif dan progresif. Beliau memberikan kesempatan para santri untuk mengambil dan mengikuti pendapat para ulama, tapi harus hati-hati dalam menanggapi ikhtilaf para ulama.
Hal tersebut senada dengan pemikiran beliau tentang masalah fiqh, beliau meminta umat Islam untuk berhati-hati pada mereka yang mengklaim mampu menjalankan ijtihad, yaitu kaum modernis, yang mengemukakan pendapat mereka tanpa memiliki persayaratan yang cukup untuk berijtihad itu hanya berdasarkan pertimbangan pikiran semata. Beliau percaya taqlid itu diperbolehkan bagi sebagian umat Islam, dan tidak boleh hanya ditujukan pada mereka yang mampu melakukan ijtihad.[14]
c. Tugas Dan Tanggung Jawab Guru
1) Etika seorang guru
- Senantiasa mendekatkan diri pada Allah
- Takut pada Allah, tawadhu’, zuhud dan khusu’
- Bersikap tenang dan senantiasa berhati-hati
- Mengadukan segala persoalan pada Allah
- Tidak menggunakan ilmunya untuk meraih dunia
- Tidak selalu memanjakan anak
- Menghindari tempat-tempat yang kotor dan maksiat
- Mengamalkan sunnah Nabi
- Mengistiqamahkan membaca al- Qur’an
- Bersikap ramah, ceria dan suka menabur salam
- Menumbuhkan semangat untuk menambah ilmu
- Membiasakan diri menulis, mengarang dan meringkas.[15]
Catatan yang menarik dan perlu dikedepankan dalam membahas pemikiran dan pandangan yang ditawarkan oleh Hasyim Asy’ari adalah etika atau statement yang terakhir, dimana guru harus membiasakan diri menulis, mengarang dan meringkas, yang pada masanya jarang sekali dijumpai. Dan hal ini beliau buktikan dengan banyaknya kitab hasil karangan atau tulisan beliau.
Betapa majunya pemikiran Hasyim Asy’ari dibanding tokoh-tokoh lain pada zamannya, bahkan beberapa tahun sesudahnya. Dan pemikiran ini ditumbuh serta diangkat kembali oleh pemikir pendidik zaman sekarang ini, yaitu Harun Nasution, yang mengatakan hendaknya para dosen-dosen di Perguruan Tinggi Islam khususnya agar membiasakan diri untuk menulis.
2) Etika guru dalam mengajar
- Jangan mengajarkan hal-hal yang syubhat
- Mensucikan diri, berpakaian sopan dan memakai wewangian
- Berniat beribadah ketika mengajar, dan memulainya dengan do’a
- Biasakan membaca untuk menambah ilmu
- Menjauhkan diri dari bersenda gurau dan banyak tertawa
- Jangan sekali-kali mengajar dalam keadaan lapar, mengantuk atau marah
- Usahakan tampilan ramah, lemah lembut, dan tidak sombong
- Mendahulukan materi-materi yang penting dan sesuai dengan profesional yang dimiliki
- Menasihati dan menegur dengan baik jika anak didik bandel
- Bersikap terbuka terhadap berbagai persoalan yang ditemukan
- Memberikan kesempatan pada anak didik yang datangnya terlambat dan ulangilah penjelasannya agar tahu apa yang dimaksudkan
- Beri anak kesempatan bertanya terhadap hal-hal yang belum dipahaminya.[16]
Terlihat bahwa apa yang ditawarkan Hasyim Asy’ari lebih bersifat pragmatis, artinya, apa yang ditawarkan beliau berangkat dari praktik yang selama ini dialaminya. Inilah yang memberikan nilai tambah dalam konsep yang dikemukakan oleh Bapak santri ini.
Terlihat juga betapa beliau sangat memperhatikan sifat dan sikap serta penampilan seorang guru. Berpenampilan yang terpuji, bukan saja dengan keramahantamahan, tetapi juga dengan berpakaian yang rapi dan memakai minyak wangi.
Agaknya pemikiran Hasyim Asy’ari juga sangat maju dibandingkan zamannya, ia menawarkan agar guru bersikap terbuka, dan memandang murid sebagai subyek pengajaran bukan hanya sebagai obyek, dengan memberi kesempatan kepada murid-murid bertanya dan menyampaikan berbagai persoalan di hadapan guru.
3) Etika guru bersama murid
- Berniat mendidik dan menyebarkan ilmu
- Menghindari ketidak ikhlasan
- Mempergunakan metode yang mudah dipahami anak
- Memperhatikan kemampuan anak didik
- Tidak memunculkan salah satu peserta didik dan menafikan yang lain
- Bersikap terbuka, lapang dada, arif dan tawadhu’
- Membantu memecahkan masalah-masalah anak didik
- Bila ada anak yang berhalangan hendaknya mencari ihwalnya.[17]
Kalau sebelumnya terlihat warna tasawufnya, khususnya ketika membahas tentang tugas dan tanggung jawab seorang pendidik. Namun kali ini gagasan-gagasan yang dilontarkan beliau berkaitan dengan etika guru bersama murid menunjukkan keprofesionalnya dalam pendidikan. Hal ini dapat dilihat dari rangkuman gagasan yang dilontarkannya tentang kompetensi seorang pendidik, yang utamanya kompetensi profesional.
Hasyim Asy’ari sangat menganjurkan agar seorang pendidik atau guru perlu memiliki kemampuan dalam mengembangkan metode dan memberi motivasi serta latihan-latihan yang bersifat membantu murid-muridnya memahami pelajaran. Selain itu, guru juga harus memahami murid-muridnya secara psikologi, mampu memahami muridnya secara individual dan memecahkan persoalan yang dihadapi murid, mengarahkan murid pada minat yang lebih dicendrungi, serta guru harus bersikap arif.
Jelas pada saat Hasyim Asy’ari melontarkan pemikiran ini, ilmu pendidikan maupun ilmu psikologi pendidikan yang sekarang beredar dan dikaji secara luas belum tersebar, apalagi di kalangan pesantren. Sehingga ke-genuin-an pemikiran beliau patut untuk dikembangkan selaras dengan kemajuan dunia pendidikan.
d. Etika Terhadap Buku, Alat Pelajaran dan Hal-hal Lain Yang Berkaitan Dengannya
Satu hal yang menarik dan terlihat beda dengan materi-materi yang biasa disampaikan dalam ilmu pendidikan umumnya, adalah etika terhadap buku dan alat-alat pendidikan. Kalaupun ada etika untuk itu, namun biasanya hanya bersifat kasuistik dan seringkali tidak tertulis, dan seringkali juga hanya dianggap sebagai aturan yang umum berlaku dan cukup diketahui oleh masing-masing individu. Akan tetapi bagi Hasyim Asy’ari memandang bahwa etika tersebut penting dan perlu diperhatikan.
Di antara etika tersebut adalah:
- Menganjurkan untuk mengusahakan agar memiliki buku
- Merelakan dan mengijinkan bila ada kawan meminjam buku pelajaran, sebaliknya bagi peminjam menjaga barang pinjamannya
- Memeriksa dahulu bila membeli dan meminjamnya
- Bila menyalin buku syari’ah hendaknya bersuci dan mengawalnya dengan basmalah, sedangkan bila ilmu retorika atau semacamnya, maka mulailah dengan hamdalah dan shalawat Nabi.[18]
Kembali tampak kejelian dan ketelitian beliau dalam melihat permasalahan dan seluk beluk proses belajar mengajar. Etika khusus yang diterapkan untuk mengawali suatu proses belajar adalah etika terhadap buku yang dijadikan sumber rujukan, apalagi kitab-kitab yang digunakan adalah kitab “kuning” yang mempunyai keistimewaan atau kelebihan tersendiri. Agaknya beliau memakai dasar epistemologis, ilmu adalah Nur Allah, maka bila hendak mempelajarinya orang harus beretika, bersih dan sucikan jiwa. Dengan demikian ilmu yang dipelajari diharapkan bermanfaat dan membawa berkah.
Pemikiran seperti yang dituangkan oleh Hasyim Asy’ari itu patut untuk menjadi perhatian pada masa sekarang ini, apakah itu kitab “kuning” atau tidak, misalnya kitab “kuning” yang sudah diterjemahkan, atau buku-buku sekarang yang dianggap sebagai barang biasa, kaprah dan ada di mana-mana. Namun untuk mendapatkan hasil yang bermanfaat dalam belajar etika semacam di atas perlu diterapkan dan mendapat perhatian.
Demikian sebagian dari pemikiran mengenai pendidikan yang dikemukan oleh Hasyim Asy’ari. Kelihatannya pemikiran tentang pendidikan ini sejalan dengan apa yang sebelumnya telah dikemukakan oleh Imam Ghazali, misalnya saja, Hasyim Asy’ari mengemukakan bahwa tujuan utama pendidikan itu adalah mengamalkannya, dengan maksud agar ilmu yang dimiliki menghasilkan manfaat sebagai bekal untuk kehidupan di akhirat kelak. Imam Ghazali juga mengemukakan bahwa pendidikan pada prosesnya haruslah mengacu kepada pendekatan diri kepada Allah dan kesempurnaan insani. Oleh karena itu tujuan pendidikan menurut al-Ghazali adalah “tercapainya kemampuan insani yang bermuara pada pendekatan diri kepada Allah, dan kesempurnaan insani yang bermuara pada kebahagiaan dunia dan akhirat“.[19]Dan senada pula dengan pendapat Ahmad D.Marimba bahwa, “pendidikan adalah bimbingan atau pimpinan secara sadar oleh si pendidik terhadap perkembangan jasmani dan rohani si terdidik menuju terbentuknya kepribadian yang utama”.[20]
Begitu juga pemikiran Hasyim Asy’ari mengenai niat orang orang yang menuntut ilmu dan yang mengajarkan ilmu, yaitu hendaknya meluruskan niatnya lebih dahulu, tidak meng-harapkan hal-hal duniawi semata, tapi harus niat ibadah untuk mencari ridha Allah. Demikian juga dengan al Ghazali yang berpendapat bahwa tujuan murid menuntut ilmu adalah mendekatkan diri kepada Allah dan mensucikan batinnya serta memperindah dengan sifat-sifat yang utama. Dan janganlah menjadikan ilmu sebagai alat untuk mengumpulkan harta kekayaan, atau untuk mendapatkan kelezatan hidup dan lain sebagainya. Akan tetapi tujuan utama adalah untuk kebahagiaan akhirat. Dan mengenai guru al-Ghazali lebih keras, bahwa guru mengajar tidak boleh digaji.[21]
Mengenai etika seorang murid yang dikemukakan Hasyim Asy’ari sejalan dengan pendapat al-Ghazali yang mengatakan “hendaknya murid mendahulukan kesucian batin dan kerendahan budi dari sifat-sifat tercela… seperti marah, hawa nafsu, dengki, busuk hati, takabur, ujub dan sebagainya”.[22]

D. Penutup

K.H.Muhammad Hasyim Asy’ari dilahirkan dari keturunan eliet kiai (pesantren) pada tanggal 24 Zulhijjah 1287H bertepatan 14 Pebruari 1871M, tepatnya sebelah Timur Jombang Jawa Timur. Suasana kehidupan pesantren sangat mem-pengaruhi pembentukan karakter Hasyim Asy’ari yang sederhana dan rajin belajar, belajar dari pesantren ke pesantren di Jawa sampai ke Tanah Hijaz.
Sebagai pendidik merupakan bagian yang yang terpisahkan dari perjalanan hidupnya sejak usia muda. Setelah mengajar keliling dari pesantren orangtua hingga mertua, pada tahun 1899 Hasyim Asy’ari mendirikan pesantren sendiri, mewujudkan cita-citanya di daerah Tebuireng Jombang, Jawa Timur.
Pemikiran Hasyim Asy’ari dalam bidang pendidikan lebih menekankan pada masalah etika dalam pendidikan , meski tidak menafikan beberapa aspek pendidikan lainnya. Dan dalam hal ini banyak dipengaruh dengan keahliannya pada bidang Hadits, dan pemikirannya dalam bidang tasawuf dan fiqih yang sejalan dengan teologi al Asy’ari dan al Maturidi. Juga searah dengan pemikiran al-Ghazali, yang lebih menekankan pada pendidikan rohani. Misalnya belajar dan mengajar harus dengan ikhlas, semata-mata karena Allah, bukan hanya untuk kepentingan dunia tetapi juga untuk kebahagian di akhirat. Dan untuk mencapainya seseorang yang belajar atau mengajar harus punya etika, punya adab dan moral, baik si murid ataupun si guru sendiri.