AREP NGGOLEKI LIYONE MONGGO TULIS NGISOR IKI .....

Senin, 22 Februari 2010

AKHLAK

SEJENAK MENGENANG NABI

Merampas dan mengambil hak orang lain dengan paksa merupakan ciri orang-orang zhalim dan jahat. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam telah memancangkan pondasi-pondasi keadilan dan pembelaan bagi hak setiap orang agar mendapatkan dan mengambil haknya yang dirampas. Dan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam telah menjalankan kaidah tersebut demi kebaikan dan semata-mata untuk jalan kebaikan dengan bimbingan karunia yang telah Allah curahkan berupa perintah dan larangan.

Kita tidak perlu takut adanya kezhaliman, perampasan, pengambilan dan pelanggaran hak di rumah beliau. ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha menuturkan: “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam tidak pernah sama sekali memukul seorang pun dengan tangannya kecuali dalam rangka berjihad di jalan Allah. Beliau tidak pernah memukul pelayan dan kaum wanita.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam tidak pernah membalas suatu aniaya yang ditimpakan orang atas dirinya. Selama orang itu tidak melanggar kehormatan Allah Namun, bila sedikit saja kehormatan Allah dilanggar orang, maka beliau akan membalasnya semata-mata karena Allah.” (HR. Ahmad) ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha mengisahkan: “Suatu kali aku berjalan bersama Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, beliau mengenakan kain najran yang tebal pinggirannya. Kebetulan beliau berpapasan dengan seorang Arab badui, tiba-tiba si Arab badui tadi menarik dengan keras kain beliau itu, sehingga aku dapat melihat bekas tarikan itu pada leher beliau. ternyata tarikan tadi begitu keras sehingga ujung kain yang tebal itu membekas di leher beliau. Si Arab badui itu berkata: “Wahai Muhammad, berikanlah kepadaku sebagian yang kamu miliki dari harta Allah!” Beliau lantas menoleh kepadanya sambil tersenyum lalu mengabulkan permintaannya.” (Muttafaq ‘alaih) Ketika Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam baru kembali dari peperangan Hunain, beberapa orang Arab badui mengikuti beliau, mereka meminta bagian kepada beliau. Mereka terus meminta sampai-sampai beliau terdesak ke sebuah pohon, sehingga jatuhlah selendang beliau, ketika itu beliau berada di atas tunggangan. Beliau lantas berkata: “Kembalikanlah selendang itu kepadaku, Apakah kamu khawatir aku akan berlaku bakhil? Demi Allah, seadainya aku memiliki unta-unta yang merah sebanyak pohon ‘Udhah ini, niscaya akan aku bagikan kepadamu, kemudian kalian pasti tidak akan mendapatiku sebagai seorang yang bakhil, penakut lagi pendusta.” (HR. Al-Baghawi di dalam kitab Syarhus Sunnah dan telah dinyatakan shahih oleh Syaikh Al-Albani) Merupakan bentuk tarbiyah dan ta’lim yang paling jitu dan indah adalah berlaku lemah lembut dalam segala perkara, dalam mengenal maslahat dan menolak mafsadat. Kecemburuan yang dimiliki para sahabat telah mendorong mereka untuk menyanggah setiap melihat orang yang keliru dan tergelincir dalam kesalahan. Mereka memang berhak melakukan hal itu! Namun Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam yang lembut dan penyantun melarang mereka melakukan seperti itu, karena orang itu (pelaku kesalahan itu) jahil atau karena mudharat yang timbul dibalik itu lebih besar. Tentu saja, perilaku Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam lebih utama untuk diteladani. Abu Hurairah radhiallahu anhu menceritakan: “Suatu ketika, seorang Arab Badui buang air kecil di dalam masjid (tepatnya di sudut masjid). Orang-orang lantas berdiri untuk memukulinya. Namun Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam memerintahkan: “Biarkanlah dia, siramlah air kencingnya dengan seember atau segayung air. Sesungguhya kamu ditampilkan ke tengah-tengah umat manusia untuk memberi kemudahan bukan untuk membuat kesukaran.” (HR. Al-Bukhari) Kesabaran Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dalam menyebarkan dakwah layak menjadi motivasi bagi kita untuk meneladaninya. Kita wajib berjalan di atas manhaj (metode) beliau di dalam berdakwah semata-mata karena Allah tanpa membela kepentingan pribadi. ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha pernah bertanya kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam : “Apakah ada hari yang engkau rasakan lebih berat daripada hari peperangan Uhud?” beliau menjawab: “Aku telah mengalami berbagai peristiwa dari kaummu, yang paling berat kurasakan adalah pada hari ‘Aqabah, ketika aku menawarkan dakwah ini kepada Abdu Yalail bin Abdi Kalaal namun dia tidak merespon keinginanku. Akupun kembali dengan wajah kecewa. Aku terus berjalan dan baru tersadar ketika telah sampai di Qornuts Tsa’alib (sebuah gunung di kota Makkah). Aku tengadahkan wajahku, kulihat segumpal awan tengah memayungiku. Aku perhatikan dengan saksama, ternyata Malaikat Jibril alaihissalam ada di sana. Lalu ia menyeruku: “Sesungguhnya Allah Subhanahu wata’ala telah mendengar ucapan kaum-mu dan bantahan mereka terhadapmu. Dan aku telah mengutus malaikat pengawal gunung kepadamu supaya kamu perintahkan ia sesuai kehendakmu. Kemudian malaikat pengawal gunung itu memberi salam kepadaku lalu berkata: “Wahai Muhammad, sesungguhnya Allah Subhanahu wata’ala telah mendengar ucapan kaummu dan bantahan mereka terhadapmu, dan aku adalah malaikat pengawal gunung, Allah Subhanahu wata’ala telah mengutusku kepadamu untuk melaksanakan apa yang kamu perintahkan kepadaku. Sekarang, apakah yang kamu kehendaki? jika kamu menghendaki agar aku menimpakan kedua gunung ini atas mereka, niscaya aku lakukan!” Beliau menjawab: “Tidak, justru aku berharap semoga Allah Subhanahu wata’ala mengeluarkan dari tulang sulbi mereka keturunan yang menyembah Allah Subhanahu wata’ala semata dan tidak mempersekutukan sesuatu apapun dengan-Nya.” (Muttafaq ‘alaih) Pada hari ini, sering kita lihat sebagian orang yang bersikap terburu-buru dalam berdakwah. Berharap dapat segera memetik hasil. Hanya membela kepentingan pribadi yang justru hal itu merusak dakwah dan mengotori keikhlasan. Oleh sebab itu, berapa banyak kelompok-kelompok dakwah yang gagal karena individu-individunya tidak memiliki kesabaran dan ketabahan! Setelah bersabar dan berjuang selama bertahun-tahun, barulah terwujud apa yang dicita-citakan Rasulullah Dalam sebuah syair disebutkan: Bagaimanakah mungkin dapat diimbangi seorang insan terbaik yang hadir di muka bumi. Semua orang yang terpandang tidak akan mampu mencapai ketinggian derajatnya. Semua orang yang mulia tunduk di hadapannya. Para penguasa Timur dan Barat rendah di sisi-nya. Abdullah bin Mas’ud radhiallaahu anhu mengungkapkan: “Sampai sekarang masih terlintas dalam ingatanku saat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam mengisahkan seorang Nabi yang dipukul kaumnya hingga berdarah. Nabi tersebut mengusap darah pada wajahnya seraya berdoa: “Ya Allah, ampunilah kaumku! karena mereka kaum yang jahil.” (Muttafaq ‘alaih) Pada suatu hari ketika Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam tengah melayat satu jenazah, datanglah seorang Yahudi bernama Zaid bin Su’nah menemui beliau untuk menuntut utangnya. Yahudi itu menarik ujung gamis dan selendang beliau sambil memandang dengan wajah yang bengis. Dia berkata: “Ya Muhammad, lunaskanlah utangmu padaku!” dengan nada yang kasar. Melihat hal itu Umar Radhiallahu’anhu pun marah, ia menoleh ke arah Zaid si Yahudi sambil mendelikkan matanya seraya berkata: “Hai musuh Allah, apakah engkau berani berkata dan berbuat tidak senonoh terhadap Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam di hadapanku!” Demi Dzat Yang telah mengutusnya dengan membawa Al-Haq, seandainya bukan karena menghindari teguran beliau, niscaya sudah kutebas engkau dengan pedangku!” Sementara Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam memperhatikan reaksi Umar radhiallaahu anhu dengan tenang. Beliau berkata: “Wahai Umar, saya dan dia lebih membutuhkan perkara yang lain (nasihat). Yaitu engkau anjurkan kepadaku untuk menunaikan utangnya dengan baik, dan engkau perintahkan dia untuk menuntut utangnya dengan cara yang baik pula. Wahai umar bawalah dia dan tunaikanlah haknya serta tambahlah dengan dua puluh sha’ kurma.” Melihat Umar radhiallahu anhu menambah dua puluh sha’ kurma, Zaid si Yahudi itu bertanya: “Ya Umar, tambahan apakah ini? Umar radhiallahu anhu menjawab: “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam memerintahkanku untuk menambahkannya sebagai ganti kemarahanmu!” Si Yahudi itu berkata: “Ya Umar, apakah engkau mengenalku?” “Tidak, lalu siapakah Anda?” Umar Radhiallahu’anhu balas bertanya. “Aku adalah Zaid bin Su’nah” jawabnya. “Apakah Zaid si pendeta itu?” tanya Umar lagi. “Benar!” sahutnya. Umar lantas berkata: “Apakah yang mendorongmu berbicara dan bertindak seperti itu terhadap Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam ? Zaid menjawab: “Ya Umar, tidak satupun tanda-tanda kenabian kecuali aku pasti mengenalinya melalui wajah beliau setiap kali aku memandangnya. Tinggal dua tanda yang belum aku buktikan, yaitu: apakah kesabarannya dapat memupus tindakan jahil, dan apakah tindakan jahil yang ditujukan kepadanya justru semakin menambah kemurahan hati-nya?” Dan sekarang aku telah membuktikannya. Aku bersaksi kepadamu wahai Umar, bahwa aku rela Allah Subhanahu wata’ala sebagai Rabbku, Islam sebagai agamaku dan Muhammad sebagai nabiku. Dan Aku bersaksi kepadamu bahwa aku telah menyedekahkan sebagian hartaku untuk umat Muhammad . Umar berkata: “Ataukah untuk sebagian umat Muhammad Shallallahu’alaihi wasallam saja? sebab hartamu tidak akan cukup untuk dibagikan kepada seluruh umat Muhammad .” Zaid berkata: “Ya, untuk sebagian umat Muhammad . Zaid kemudian kembali menemui Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dan menyatakan kalimat syahadat “Asyhadu al Laa Ilaaha Illallaahu, wa Asyhadu Anna Muhammadan Abduhu wa Rasuuluhu”. Ia beriman dan membenarkan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam .” (HR. Al-Hakim dalam kitab Mustadrak dan menshahihkannya). Cobalah perhatikan dialog yang panjang tersebut, sebuah pendirian dan kesudahan yang mengesankan. Semoga kita dapat meneladani junjungan kita nabi besar Muhammad . Meneladani kesabaran beliau dalam menghadapi beraneka ragam manusia. Dan dalam mendakwahi mereka dengan lemah lembut dan santun. Memberikan motivasi bila mereka berlaku baik, serta menumbuhkan rasa optimisme di dalam diri mereka. ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha menceritakan: “Suatu kali aku pergi melaksanakan umrah bersama Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dari kota Madinah. Ketika tiba di kota Makkah, aku berkata: “Wahai Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, ayah dan ibuku sebagai tebusannya, engkau mengqasar shalat namun aku menyempurnakan-nya, engkau tidak berpuasa justru aku yang berpuasa?” beliau menjawab: “Bagus, wahai ‘Aisyah!” Beliau sama sekali tidak mencela diriku.” (HR. An-Nasaai)


TRIK NABI MENGHINDARI MAKSIAT

oleh : Abdul Adzim

Nabi besar yang berahlaq mulia tidak hanya pandai memanage perutnya dengan banyak berpuasa. Beliau juga mampu mengatur mripate (kedua matanya) dari pandangan maksiat. Sesekali Nabi mengigatkan kepada umatnya agar senantiasa menjaga mata dengan cara Ghodul Bashar. Dengan kata lain, kita dituntut mampu mengendalikan mata dari pandangan-pandangan (maksiat) yang bisa menganggu kejernihan hati dan jiwa serta kecerdasan intelekktual (fikiran). Ghodul Bashar (menjaga pandangan), ini berlaku untuk kaum lelaki dan wanita, bukan hanya bagi kaum lelaki, berdasarkan keterangan bahwa Nabi pernah kedatangan seorang sahabat yang bernama Umi Maktum yang buta. Ketika Umi Maktum hendak memasuki daleme (rumah) Kanjeng Nabi, siti Aisah minta izin kepada baginda Nabi untuk menemuinya. Ternyata pada waktu itu Nabi tidak mengizinkanya, dengan alasan; walaupun Umi Maktum seorang yang buta tetapi Siti Aisah tetap bisa melihatnya.
Berangkat dari kisah diatas, larangan Ghodul Bashar tidak hanya dikhusukan kepada untuk kaum lelaki. Hendaknya kaum wanita juga melakukan Ghodul Bashar, dengan cara merundukan kepala ketika sedang berjalan agar tidak banyak bertatapan dengan kaum pria. Memakai Hijab atau cadar adalah salah satu cara menghindari fitnah dan diminimalisir maksiat mata kaum pria. Ini, bisa dilakukan oleh kaum pemuda dan remaja putri, karena dorongan nafsu yang masih kuat. Namun, fenomena yang berkembang di belahan negara yang berpenduduk muslim, kebanyakan tidak mengunakan cadar, Hijab, atau kerudung jilbab. Kondisi seperti ini membuat kita semakin sulit untuk menghindarinya. Baginda Nabi seolah-olah sudah bisa menangkap sinyal, bahwa umatnya dikemudian hari akan hidup ditenggah-tenggah budaya sekuler dan terbuka. Oleh karena itu, beliau memberikan trik khusus untuk menghindari maksiat mata, berdasarkan keterangan hadisnya yang berbunyi”
يا معشر الشباب من استطاع منكم الباءة فليتزوج . فإنه أغض للبصر وأحصن للفرج . ومن لم يستطع فعليه بالصوم فإنه له وجاء )رواه البخاري رقم 4778 )
Wahai para pemuda..! barang siapa diantara kalian sudah (Mampu) memasuki waktu menikah, maka menikahlah. Sesungguhnya menikah itu mampu menghindari maksiat mata, dan menjaga dari maksiat kemaluan.
Beberapa Trik Nabi yang ditawarkan, merupakan cara untuk meminimalisir maksiat serta demi kemaslahatan pengikutnya;
• Pertama Ghodul Bashar atau merundukan kepala; cara ini diakui oleh baginda Nabi sangat berat, bukan berarti tidak mampu kita lakukan. Akan tetapi diperlukan perjuanagan serta latihan dengan inten agar mata tidak terbiasa tolah toleh atau atau melotot melihat wanita dijalan.
• Kedua: cara yang kedua dengan berpuasa (manajemen perut). Puasa juga menjadi solusi terbaik didalam mengurangi dorongan nafsu biologis. Dengan demikian, matapun tidak blagaran (jelalatan) seperti biasanya. Kendati demikian, kemaksiatan mata sangat sulit untuk dikendalikan, kecuali senantiasa mengingat Allah swt.
• Ketiga; Menikah, cara ketiga ini sangat mujarab serta penting untuk dilakukan agar manusia tidak terus menerus melakukan pelangaran Mata. dengan menikah nafsu bilogis bisa tersalurkan dengan halal, matapun juga terkurangi maksiatnya. Hanya haja tidak semua orang bisa melakukanya dengan baik. Karena kondisi dan situasi lingkungan tidak mendukung sehingga aktifitas maksiat mata masih belum maksimal untuk menghindarinya.
Trik Aman Menghindari Maksiat.
Tidak semua orang yang bersuami atau beristri mampu meredam gelora nafsunya dengan baik sesuai dengan tuntunan Agama. Potensi maksiat mata ternyata tidak kenal waktu, tempat dan usia. Menikah, Ghodul Bashar serta berpuasa kadangkala belum mampu meredamnya. Hanya saja, tensi maksiatnya berkurang. Untuk menyelamatkan umatnya, kanjeng Nabi memberikan cara lain, dengan tujuan agar umatnya selamat dunia dan akhirat serta bahagia didalam menjalankan aktifitasnya sehari-hari. Cara ini sangat efektif, sebagaimana hadisnya yang berbunyi ”
Dari Jabir, sesungguhnya Nabi saw pernah melihat wanita, lalu beliau masuk ke tempat Zainab, lalu beliau tumpahkan hasrat dan keinginan beliau kepadanya, lalu keluar dan bersabda, “Wanita, kalau menghadap, ia menghadap dalam rupa setan….Bila seseorang di antara kamu melihat seorang wanita yang menarik, hendaklah ia datangi istrinya, karena pada diri istrinya ada hal yang sama dengan yang ada pada wanita itu.” (HR Tirmidzi).
Kandungan hadis ini mengisaratkan, bahwa memandang wanita bisa menimbulkan fitnah, lebih-lebih yang dipandang berparas ayu serta berpenampilan mengoda. Kondisi bangsa Indonesia, serta pola hidup dan budaya serta busana sangat mendukung untuk bermaksiat, belum lagi faktor lainya. Nabi menyarankan kepada kaum lelaki atau wanita untuk tidak berpaling dari pasanganya. Manakala seorang istri atau suami melihat lawan jenisnya, kemudian nafsu biologisnya muncul, hendaknya mendatangi istrinya, begitu pula sebaliknya. Dengan demikian, seseorang akan selamat, dan tidak jatuh pada propaganda nafsunya serta nyayian syetan.
Maraknya perselingkugan fisik, banyak faktor, salah satunya dikarenakan ketidak puasan seseorang dengan pasangannya. Disisi lain, faktor nafsu yang tidak terkendali serta mata yang tidak terjaga (tatapan genit) serta kondisi yang sangat jauh dari nilai-nilai luhur islam. Sedangkan perselingkuhan hati diakibatkan karena tidak mampu menerima kenyataan, sehingga kecenderungan bermain-main dengan pasangan orang lain muncul. Ada kalanya yang menoba-coba. Pada hakekatnya; semua di picu oleh dangkalnya pengetahuan Agama serta lemahnya keimanan dan ketaqwaan seseorang.
Amal Penghapus Dosa.
Kemaksiatan yang dilakuan manusia menjadikan Allah tidak ridho, atau menajadikan manusia semakin jauh dari rahmat-Nya. Apalagi jarang menjalankan perintah-Nya; seperti sholat puasa, sedekah, bahkan mengingat-Nya juga jarang dilakukan, apalagi beramal sholeh. Dengan demikian, manusia nyaris dalam jurang kehancuran karena kemaksiatan, akan tetapi jika manusia senantiasa mengingatnya kemabli, kemudian rajin beribadah; baik mahdoh atau nawafil, maka Allah juga mengingat kita.
Amal sholeh baik yang mahdhoh atau sunnah akan menjadi penghapus dosa, kecuali dosa-dosa besar. Allah berfirman QS.Huud 114.
Artinya ” Dan dirikanlah sembahyang itu pada kedua tepi siang (pagi dan petang) dan pada bahagian permulaan daripada malam. Sesungguhnya perbuatan-perbuatan yang baik itu menghapuskan (dosa) perbuatan-perbuatan yang buruk. Itulah peringatan bagi orang-orang yang ingat.
Imam Al Hafid Ibnu Katsir menerangkan didalam tafsirnya’ suatu saat datang seorang laki-laki kepada Baginda Nabi, ia menyampaikan perihal dirinya yang tegila-gila dengan seorang wanita, ia telah melakukan pelangaran-pelangaran, yang tidak dilakukanya adalah berzina. Laporan ini menjadi Asbabun Nujulnya surat Huud ayat 114. Bahkan dzikir, istigfar juga menjadi penghapus, karena semuanya dikategorikan amal baik. Nabi mencontohkan dengan ’’ لاإله إلا الله adalah sebaik-baik dzikir. Dalam suatu keterangan telah ditegaskan; suatu ketika ada seorang laki-laki yang datang kepada baginda Nabi, ketika sedang mengoda wanita tersebut tiba-tiba ingat kepada-Nya, seketika itu ia meningalkan wanita itu. Karena merasa getun dan menyesal, maka orang itu menanyakan kepada Nabi. akhirnya Allah menjawabnya.
Berbeda dengan seseorang yang melakukan kemaksiatan atau pacaran dengan disengaja, atau direncanakan. Konteks cerita diatas dilatar belakangi dengan kitidak sengajaan atau ada unsur perencanaan. Sedangkan fenomena yang berkembang sekarang, terkesan direncankan dan disengaja, sedangkan prakteknya diulang-ulang. Yang diharapkan ayat diatas tidaklah demikian, karena kebanykan dari umatnya melakukan akrena terencana dengan rapi, serta disengaja.
Ayat diatas didukung oleh hadis Nabi dengan redaksi yang berbeda-beda, tetapi maksud dan tujuanya adalah sama; yaitu kebaikan yang telah dilakukan akan menghapus kesalahan dan dosa.
عن أبي ذر ان النبي صلى الله عليه وسلم قال له : اتق الله حيثما كنت واتبع السيئة الحسنة تمحها وخالق الناس بخلق حسن (رواه أحمد رقم 21392 )
Di riwayatkan dari Abi Darr, sesungguhnya Nabi SAW berpesan kepadanya:” bertaaqwalah engkau kepada Allah dimana saja berada, dan ikutilah kejelekan itu dengan amal kebaikan, amal baik itu bisa menghapusnya, berbudi pekertilah didepan manusia denga budi pekerti yang indah (HR. Ahmad)
Semua bentuk amal sholeh mampu menghapus dosa, baik bersifat wajib, sunnah. Semakin banyak beramal sholeh, semakin banyak pula dosa yang terhapus, semakin sedikit amal baik, potensi dosa semakin tinggi. Begitulah, keagungan Allah swt, serta harapan Nabi terhadap pengikutnya; selamat didunia dan akhirat.
Dosa yang Tidak Terhapus.
Nabi telah memberikan triknya bagaimana menghindari Maksiat, serta cara menghapusnya, kendati demikian tidak semua dosa atau maksiat bisa terhapus dengan kebaikan. Yang dimaksutkan oleh baginda Nabi, serta kandungan tafsir diatas adalah dosa-dosa kecil, yang disebut dengan (al-Soghoir). Sedangkan dosa-dosa besar (al-Kabair), tidak bisa hilang dengan amal kebaikan, akan tetapi bisa terhapus dengan Taubatan Nasukha. Begitulah, semua dosa kecil atau besar tetap akan mendapatkan ampunan dari Allah swt. Hanya saja, dosa-dosa besar seperti Syirik, durhaka kepada kedua orang tua, berzina, membunuh termasuk dosa yang memerlukan taubat sungguh-sungguh,serta merasa kecewa dan tidak mengulangi lagi.
Sedangkan dosa kecil, seperti ngrasani, mengintip, melihat wanita, serta dan lain sebagainya dapat terhapus dengan kebaikan. Bahkan Nabi menjelaskan didalam hadisnya” sesungguhnya Allah membuka pintu maaf dimalam hari bagi orang yang melakukan dosa disinag hari, serta membuka pintu maag disiang hari bagi orang yang melakukan dosa di malam hari” dalam keterangan lain, Allah juga menjelaskan bahwa pengampunan Allah itu lebih besar dari dosa-dosa anak adam. Selama mereka mau bertaubat kepada-Nya, maka Allah akan mengampuni, tidak perduli dosanya memenuhi langit dan bumi. Nabi juga menjelaskan bahwa Allah sangat menyukai orang-orang yang mau bertaubat serta mengakui kesalahan “Setiap anak adam adalah tempat salah dan lupa, sebaik-baik mereka adalah mereka yang kemabli(bertaubat) mengakui kesalahan”. Didalam kitab al-Tawwabin diceritakan tengtang orang-orang yang bertaubat mulai dari malaikat, nabi dan utusan sampai para sahabat dan para ulama’. Ini sebuah gambaran bahwa Allah SWT benar-benar mahasa sempurna, sesuai dengan namanya’’al-Goffar, al-Rahman, al-Rahim,”. Wallau a’lam
. Yang dimaksud Ghodul Basar yaitu : menundukan kepaka dengan tujuan matanya tidak melihat wanita dijalanan serta menghindarkan diri dari labete fitnah seorang wanita. Ini diungkapkan dialam kitab Shohih bukhori.
. Ibnu Kasir 2/606
. Al Saibani, Imam Ahmad bin Hambal,Musnad Imam Ahmad 5/153- Muassasah Qurtubah-Al Qohirah.



MUSIBAH DUNIA, KETIKA ALLAH MURKA, (Sebuah Peringatan Agar Kembali)

Oleh Prince of Jihad pada Kamis 05 Maret 2009, 09:52 PM

Nabi SAW bersabda :
“Kiamat tidak akan terjadi kecuali setelah lenyapnya ilmu, banyak terjadi gempa, waktu berlalu sangat cepat, munculnya berbagai fitnah, dan banyak terjadi pembunuhan. Sebelum terjadinya kiamat akan ada pertempuran yang besar dan setelahnya tahun-tahun yang penuh dengan gempa. (Hadits Shahih)
Kapan kiamat akan tiba ? Sudahkah tampak tanda-tandanya ? Mengapa banyak musibah terjadi di dunia ? Apa Penyebabnya ?
Sebuah film dokumenter spektakuler yang berisi berbagai musibah dunia dirilis oleh Ar Rahmah Media. Film bertajuk Musibah Dunia, Ketika Allah Murka ini sejatinya memang untuk kita semua, umat manusia agar merenungi semua peringatan Allah SWT melalui musibah yang ditimpakan kepada umat manusia, agar mereka kembali ke jalan-Nya.

Film ini dibuka dengan peristiwa Tsunami yang terjadi di Aceh. Korban pada peristiwa yang sangat mengerikan ini menurut angkan resmi mencapai 225.000 orang. Masih ada ribuan orang meninggal dan hilang yang tidak tercatat dalam daftar korban bencana. Gambaran kengerian dan kedahsyatan peristiwa Tsunami di film ini mengingatkan kita bahwa peristiwa tersebut benar-benar telah terjadi di negeri ini, di tempat kita berpijak.

Demikianlah Allah SWT mengingatkan orang-orang yang lalai, dengan mendatangkan tanda-tanda dan peringatan-Nya.

“Dan Kami tidak memberi tanda-tanda itu melainkan untuk menakut-nakuti.”

“Maka apakah penduduk negeri-negeri itu merasa aman dari kedatangan siksaan Kami kepada mereka di malam hari di waktu mereka sedang tidur…?”

“Atau apakah penduduk negeri-negeri itu merasa aman dari kedatangan siksaan Kami kepada mereka di waktu dhuha ketika mereka sedang bermain?

“Maka apakah mereka merasa aman dari adzab Allah, tiadalah yang merasa aman dari adzab Allah kecuali orang-orang yang merugi.”

Ayat-ayat peringatan tersebut menghiasi film yang terus menayangkan gempa-gempa dahsyat, angin tornado, banjir bah, dan bencaha-bencana dahsyat lainnya yang merupakan musibah dunia yang sering terjadi. Tapi fahamkah manusia bahwa semua itu terjadi karena Allah murka, dan Allah sengaja memberi tanda-tanda tersebut untuk menakut-nakuti manusia. Apakah kita termasuk orang-orang yang takut?

Semua itu agar manusia ingat. Adakah yang mengambil pelajaran?

Dalam film ini juga digambarkan bagaimana gempa dalam waktu singkat bisa menghancurkan gedug-gedung tinggi, jembatan yang bagus, rumah-rumah, dan sebagainya. Segela sesuatu yang dibagun dengan cermat bias hancur. Film menunjukkan dokumentasi gempa di Kobe, Jepang, yang terjadi pada 17 Januari 1995 meluluh-lantahkan bangunan-bangunan tinggi di Jepang. Dalam peristiwa itu juga terlihat bagaimana wajah-wajah yang cemas dan ngeri dari warga Jepang yang terjebak di dalam gedung ketika gempa tengah berlangsung.

Gempa mengguncang seluruh permukaan bumi kurang lebih setiap 2 menit, hanya saja karena getarannya lemah maka biasanya tidak terasa oleh manusia.
Jika Allah menghendaki kehancuran bumi seisinya dan Dia Maha Kuasa atas hal itu, maka satu gempa yang sangat kuat cukup untuk menghancurkan bumi seisinya. Dan akan menjadi sebab musnahnya kehidupan di bumi.

Manusia modern saat ini sangat yakin dapat mencegah atau minimal mengurangi bahaya yang terjadi akibat musibah-musibah di dunia ini. Namun, faktanya seluruh usaha yang telah dilakukan untuk mencegah terjadinya bencana-bencana ini, tidak bisa mencegahnya, bahkan tidak juga bisa menghilangkan bahayanya.

Syekh Muhammad Rowi, seorang ulama dari Kairo, Mesir, mengatakan :
Saya ingin mengingatkan, bahwa gempa dapat terjadi dimana saja. Maka itu adalah peringatan bagi seluruh makhluk agar mereka sadar bahwa bumi yang telah Allah jadikan sebagai tempat tinggal mereka tunduk terhadap perintah Allah.

Film ini juga menyinggung gempa Krakatau di Samudra Hindia yang melatus seabad yang lampau (1883) dan menimbulkan bencana yang sangat luar biasa. Suara letusannya terdengar sampai jarak 15.000 km dan terekam oleh radar di seluruh bumi. Dalam beberapa detik pulau yang luasnya 20 km2 berubah menjadi potongan-potongan kecil yang tersebar seluas satu juta kilometer persegi. Semburan asap dan debu membumbung ke langit setinggi 35 km dan menutupi langit sejauh seratus kilometer, sehingga menutupi cahaya matahari selama dua tahun.

Dalam film ini juga diperlihatkan kekuasaan Allah SWT menyelamatkan masjid-masjid di Aceh ketika terjadi Tsunami. Masjid-masjid tersebut menjadi saksi ke Maha-Kuasa-an Allah SWT. Di waktu gelombang dahsyat Tsunami meluluh-lantahkan kota-kota yang terletak di pantai, masjid-masjid tersebut masih berdiri utuh tidak terkena sapuan gelombang dahsyat Tsunami. Juga diperdengarkan kesaksian orang-orang yang selamat dari sapuan badai Tsunami akibat berlindung di masjid-masjid.

Syekh Teuku Kawi Ali mengatakan bahwa sekitar seratus orang penduduk desa itu selamat karena mereka berlindung di dua masjid yang ada di desa mereka.

Alam Yang Marah Atau Allah Murka ?

Hingga saat ini masih banyak manusia meyakini bahwa semua musibah-musibah yang terjadi di dunia, apakah gempa, tsunami, longsor, banjir, angin topan, dan sebagainya adalah karena alam yang marah atau murka kepada manusia. Manusia dianggap telah merusak lingkungan, maka marahlah alam. Betulkah demikian ?
Dalam film ini pun dijelaskan hal yang sama. Ditanyakan, apakah musibah-musibah di dunia itu terjadi karena alam yang marah ? Mengapa alam marah ? Lalu siapakah yang telah menciptakan alam semesta itu ?

Rasulullah SAW bersabda :
“Umat ini akan mengalami khasaf (tanah runtuh), masakh (dirubah bentuknya) , dan pembunuhan, jika alat musik dan khamr (minuman keras) merajalela.”

Badai, banjir, adalah termasuk pasukan Allah SWT. Yang dikirim kepada siapa saja yang Dia kehendaki. Banjir dan topan badai yang terjadi di Oklahoma, Amerika juga ditunjukkan dalam film ini. Yang intinya merupakan pasukan Allah SWT yang dikirimkan kepada siapa yang Dia kehendaki.

Kita harus memikirkan bencana ini dan menyadari bahwa dunia tidak perlu digandrungi seperti saat ini dan hendaknya kita memahami bahwa kita tidak mungkin hidup selamanya di dunia. Setiap manusia pasti akan meninggalkan dunia dan itu adalah permulaan kehidupan yang lain. Bisa jadi itu adalah kehidupan yang penuh kenikmatan abadi, atau siksaan yang pedih.

Yang penting adalah mengambil pelajaran dari bencana-bencana ini. Setiap bencana yang terjadi bisa jadi itu merupakan peringatan bagi manusia bahwa mereka lemah dan tidak mampu menolak bencana seperti ini, atau mereka telah berjalan jauh menyimpang dari syari’at Allah. Lalu dengan bencana ini Allah ingin meluruskan kembali jalan manusia dan menjadikan mereka kembali pada-Nya.

Wallahu’alam bis showab!

-------------

Tidak ada komentar:

Posting Komentar